~•~
(Bagian 2)
~•~
Madiun, 10 September 2015
Hari ini adalah kuliah hari pertama bagi Maryam Agustiana. Dia mahasiswi semester satu program studi PBSI (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) di IKIP PGRI Madiun. Hari ini adalah kontrak kuliah untuk mata kuliah pendidikan Pancasila, mata kuliah yang dosen pengampunya bernama Yoga.
Setelah mengantar Salman di terminal Gendingan beberapa bulan yang lalu, komunikasi antara Salman dan Tiana tak pernah putus. Setiap malam keduanya melakukan video call dan terkadang telpon biasa. Meski sudah tiga tahun pacaran, baik Tiana dan Salman tidak pernah mengatakan kata putus. Tidak ada drama putus nyambung dalam hubungan keduanya. Jika ada masalah, dibicarakan baik-baik. Salah satu ada yang mengalah. Mengalah bukan berati kalah.
"Suntuk aja Na," sapa Sulton, teman sekelas Tiana di kelas 1A.
Tiana menghela napas, "Masih ngantuk. Tadi malem jam satu baru tidur," ujarnya.
"Cie, yang LDR. Semangat ya LDR-nya," ucap Via, pacar Sulton.
Tiana tersenyum, "Semoga aja kuat, hehe," sahutnya.
Selepas mengatakan itu, pak Yoga memasuki kelas. Guru muda bertubuh tambun itu memasuki kelas sembari menenteng stopmap berwarna kuning berisikan absensi. Dia mulai mengabsen mahasiswanya satu persatu. Setelahnya, kontrak kuliah pun dimulai.
Kontrak kuliah adalah perjanjian awal sebelum mata kuliah dimulai. Biasanya kontrak kuliah berisi tentang jam-jam dan peraturan yang harus dipatuhi baik mahasiswa ataupun dosen. Dan peraturan dan jam-jam yang dibahas itu sudah disetujui oleh dosen dan semua mahasiswa.
~•~
23.35 WIB.
Tiana masih bangun di jam hampir tengah malam ini. Dia sibuk melakukan video call dengan sang kekasih. Padahal mereka sudah melakukan panggilan video sejak jam setengah tujuh tadi dan sekarang sudah jam setengah dua belas lebih lima menit. Mereka tak pernah bosan untuk mengabsen kegiatan mereka masing-masing. Salman terkekeh mendengar celotehan Tiana yang sangat menggebu-gebu karena ketakutan tak beralasan Tiana. Dia terlalu memikirkan banyak hal yang ia takutkan padahal tidak ada alasan yang kuat mengapa dia takut.