Asa yang Tersisa

Awang Nurhakim
Chapter #5

Puncak prestasi.

Kegiatan Ling semakin hari semakin padat. Bahkan paket-paket regular pun sering kali over load. Lagi pula banyak permintaan peserta tour agar Ling menjadi TL-nya. Sehingga nama Ling semakin banyak dikenal orang.

Ling termasuk Nominator di Tours & Travel konter Bandara Changi. Namun dia lebih suka menjadi Local Guide atau Tours Leader freelance. Pertimbangannya tidak ada ikatan khusus dengan kantor dan dia bisa tetap membantu A Pao di kios.

Semua pekerjaan berjalan lancar karena penguasaan bahasanya yang baik. Berkat A Pao juga yang menyarankan Ling untuk mengambil kursus. Penilaian kerjanya bagus, dari peserta tour juga Oke. Prestasi ini terdengar sampai ke kantor pusat di Ibukota Singapura.

Kemudian Ling diundang kesana diberi penghargaan bonus produksi. Dikenalin sama para Tour Leader dan Guide Ibukota yang keren abiiis. Terlebih dijanjikan promosi pekerjaan ke tingkat yang lebih tinggi. Ling merasa tersanjung dengan apresiasi yang diberikan kepadanya.

Diantara yang memberi perhatian adalah Jacky. Seorang pemuda anak owner Perusahaan Tours & Travel di Pusat. Jacky tamatan sekolah dari Amerika, kini mengurusi kantor perwakilan di Luar negeri. Kadang di Malaysia, China, jepang, atau di Hongkong.

Sebenarnya Ling tidak terlalu PeDe berhadapan dengan Jacky. Karena di lingkungan kantor travel, Jacky dianggap sebagai Pangeran yang banyak di kagumi guide-guide wanita. Postur tinggi tegap, Bodi tubuh Atletis, dan wajah tampan.

Setiap pulang dari luar negeri, Jacky sering sengaja bertemu Ling. Ling pun tidak terlalu terkejut, karena merasa Jacky adalah pimpinan di tempat kerjanya. Seperti hari ini Jacky mendatangi lagi ke konter bandara menemui Ling.

“Ling, sejak pertama ketemu kamu aku jadi kepikiran, deh,” katanya mengingatkan saat Ling dipanggil ke kantor pusat di Ibukota Singapura.

“Memangnya apa yang kamu pikirin?” tanya Ling dengan polos.

“Kamu ... kamu membuat pikiranku tidak karuan,” jawabnya sambil tersenyum.

“Memang aku pernah nonjok kamu, pernah memaki, pernah mengusir, atau pernah minta macam-macam sama kamu?” Ling sambil nyengir tersenyum juga.

“Bukan ... aku ...” Jacky berhenti ngomong, Ling memandanginya.

“Aku ... aku jatuh cinta padamu ...,” suaranya yang pelan tersendat tapi terdengar serius.

Ling agak selow dalam menanggapinya dan memang sudah menduga. Karena pada saat Jacky pulang dari luar negeri, sering membawakan oleh-oleh untuknya. Walaupun hanya sekedar baju, kaos, parfum, atau juga accesoris wanita lainnya.

“Masa, sih?” balas Ling santai.

“Aku serius, Ling,” kata Jacky menatap.

“Kan banyak TL dan Guide Ibukota yang cantik-cantik,” komentar Ling.

“Aku maunya sama kamu. Apa perlu aku ulangi lagi ucapanku tadi?” Jacky menatap.

“Tidak-lah, aku dah punya suami, kok,” balas Ling menggeleng tetap santai

“Hhaa ... kamu sudah punya suami?” mulut Jacky menganga tidak menyangka.

“Iya, aku sudah punya suami,” kata Ling lagi.

“Sungguh aku tidak percaya,” Jacky tampak kecewa.

“Nah, sekarang kamu sudah tahu,” Ling tersenyum.

Jacky mengerutkan kening lalu seperti menerawang. Wajah yang tadinya sumringah kini berubah buram. Seperti tersenyum sedih dia kemudian berkata lagi, “Kukira kamu benar-benar masih single, Siapa suamimu?” tanyanya.

Melihat raut muka Jacky sebenarnya Ling tidak sanggup menjawabnya. Setengah menyesal tadi telah berkata jujur yang membuat Jacky jadi Bad Mood. Tapi dia memang harus berkata jujur. Padahal pemuda seperti Jacky nggak bakalan sulit cari cewek yang di-maui.

“A Pao,” jawabnya pendek.

“A Pao?” tanya Jacky tersedak sambil mengingat-ingat nama itu, “Kayaknya aku pernah dengar deh nama itu,” lanjutnya.

Lihat selengkapnya