1 Jakarta, 1 Januari 2016
Radha berbaring di sebelah Tasya. Aroma rumput hijau bercampur dengan parfum Tasya yang wangi vanili. Tasya, yang berbaring telungkup di samping Radha, dengan asyik memperhatikan layar kamera video Radha. Radha memutar satu demi satu video di kameranya. Video mereka berdua. Tasya sesekali tertawa kecil. Radha juga tersenyum melihat wajah Tasya di dalam video.
Di video itu, Radha dan Tasya terlihat sama bahagianya dengan Radha dan Tasya yang saat ini sedang berbaring di taman. Namun, ada sesuatu yang mengusik hati Radha sejak lama. Bahkan sejak awal mereka jadian. Melihat kebahagiaan mereka di video-video yang Radha rekam sendiri, melihat senyum Tasya yang manis dan tawanya yang menyenangkan, Radha sekali lagi merasakan hal itu.
Radha sekali lagi ingin menyampaikan pertanyaan itu ke Tasya.
Tasya kini membalikkan badan. Sekarang Radha dan Tasya sama-sama berbaring menghadap ke langit. Radha melihat sekumpulan awan mendung melintas. Tasya memejam, meresapi angin sejuk yang berembus lembut, menyapu wajahnya. Tasya tersenyum menikmati momen itu.
“Sya.”
Radha menutup kameranya. Tangannya yang menggenggam kamera tergeletak lemas di atas perutnya. Radha mengatur napas.
“Hm?” Tasya mengangkat alis, masih sambil memejam.
Radha menimbang-nimbang, apakah dia harus menanyakan hal itu lagi. Bagaimana kalau Tasya marah? Radha tahu, Tasya tidak suka mendengar pertanyaannya.
Tapi Radha tidak bisa tidak bertanya. Hatinya tidak akan lega kalau dia tidak sekali lagi menanyakan hal itu ke Tasya.