Siang itu langit sudah mendung, udara sangat dingin disertai gemuruhnya angin yang menderu-deru meniup pepohohonan hingga menerbangkan ranting dan daunya yang sudah kering.
Diatas Cakrawala Langit sudah menghitam bergulung-gulung bagai kota hantu dalam cerita dongeng. Apalagi disebelah utara, terlihat awan hitam menyala-nyala bertanda saat itu sedang terjadi hujan petir, maka semakin tebalah akan keyakinan yang berbau hal-hal mustahil diluar nalar.
Disuatu lembah yang dipenuhi pepohonan tinggi besar seorang lelaki muda dengan usia sekitar 21 taunan sedang berjalan menyusuri jalan pedati. Perawakannya sedang, namun memiliki tubuh dan otot yang sangat kuat. Apalagi dibagian-bagian tertentu terlihat uratnya tersembul, tanda dia memiliki tenaga dalam hingga berbobot ribuan Kati.
__'Uh, kelihatanya sudah mau hujan lebat, padahal aku tak mau basah kuyup ditempat seperti ini''_ terdengar siPemuda mengeluh, waktu terlhat langit semakin menghitam.. dan udara terasa begitu dingin.
__'Sebaiknya aku bergegas pergi agar tak kehujanan. Ya, kalau tidak salah dibalik hutan bambu itu ada sebuah kedai minum cukuplah untuk menghangatkan badan. Sukur-sukur ada makanan yang bisa dipake mengganjal perut. Benar, aku harus secepatnya menuju tempat itu...'__ Membatin siPemuda itu sambil mempercepat langkah kakinya. Tak lama terdengar dari arah belakang suara bergemuruh, dan telihat hujan mulai turun dengan derasnya.
__'Celaka! Hujan tak bisa ditahan. Kalau begini, aku harus segera berlari. Huph...'__
"Wus..."
Seketika itu juga dia berlari cepat menggunakan ilmu Langkah Angin salah satu pecahan ilmu Pancatunggal yang dimilikinya. Dengan ilmu itu, dia bisa berlari kencang hingga 150km/jam.
Sesampainya disuatu tempat, terlihat diantara rimbunya hutan bambu, sebuah kedai yang hampir amdruk.
___'Ouh! Ternyata kedai itu sudah tak berpenghuni, uh. Sialan...'__ batin siPemuda lagi, sambil menghentikan langkah kakinya tepat dihadapan kedai itu. Dan sebelum hujan datang diapun segera masuk untuk hanya sekedar berteduh.
Benar saja, didalam nampak sepi dan kotor. Meja dan kursi berdebu, di pojok-pojok kedai terlihat jaring kawa-kawa sangat tebal.
Tak lama hujan pun turun dengan sangat derasnya.
"Zereseeet... Jeleger!"
Terdengar guntur menggelegar diantara gemuruhnya suara hujan. SiPemuda sampai melonjak, sebab guntur terasa begitu dekat.. mungkin beberapa meter diatas gubuknya.
__'Hujan ini benar-benar deras. Beruntung aku sudah berada disini. Jika tidak, mungkin sudah basah kuyup...'__
Setelah membersihkan meja dari debu, siPemudapun duduk bersila. Dan tak lama kemudian, diapun tenggelam dalam meditasi untuk mengumpulkan hawa murni dan mengolahnya menjadi sumber tenaga dalam hingga bertambah beberapa kati.
Namun, baru juga beberapa saat. Terdengar langkah-langkah kaki dari kejauhan, berlarian menuju ketempatnya itu bahkan terdengar seseorang berbicara.
"Ada kedai, ayo kita merapat kesana!"
"Iya, mungkin kita bisa sekalian mengisi perut!"
"Tapi aku sangsi, dia pun berada dikedai itu?"
"Ya, kita napsi-napsi saja! Toh kita tidak punya urusan denganya. Ayo lekas..."