Orang itu kaget bukan kepalang, segera ia membuang muka.. lalu menjatuhkan diri ketanah dan bangkit kembali dengan cepat, seraya menimpukan pisau terbangnya.
"Kau tak mungkin lolos, kisilah..."
Bentak kiWidura, sembari menyambut pisau tersebut dengan kedua jarinya. Saat itu, langsung dia kembalikan, dengan diiringi tenaga dalam.
"Brus!"
Pisau langsung menghunjam ketanah. Ketika orang itu berhasil menghindar, dan kembali dia mengibaskan kedua lenganya untuk kesekian kalinya.
Belasan pisau terbang kembali meluncur, berhamburan seperti gerombolan burung menuju ke arah kiWidura. Yang mau tidak mau, kembali mencabut goloknya lalu diputar hingga membentuk perisai keperakan.
Manakala semua senjata runtuh, nampak orang tersebut sudah jauh meninggalkan tempat itu.
"Ternyata kau adalah manusia pengecut, hhh! Yiaahh..."
"Wuss..." kembali ia mengejar dengan ilmu meringankan tubuh.
Untuk beberapa saaat dia mencoba terus mengejar, dengan hati geram dan penasaran.
Makin lama sosok musuh makin terlihat, keduanya terus berlari terkadang berlompatan di atas atap rumah warga dan semakin mendekati pusat Cametigaling.
"Sudah kubilang, kau takan mungkin bisa lolos. Hhh!"
Terdengar kiWidura sesumbar, setelah berhasil mengejar orang yang ternyata memakai teregos hitam.
"Hhh!"
Terdengar siTeregos mendengus, sambil menglurarkan pedang yang mengantung dibelakang punggungnya.
"Nah, baguslah kalau begitu! Ternyata dugaan ku benar, kau bukan lah siInjukkawung. Kau kelihatanya tidak terlalu tua...."
Orang itu tidak menjawab, hanya matanya saja yang menatap tajam. dengan genggaman pedang ditanganya. Dan..
"Hup..."
Mendadak saja orang itu mencelat, menyambut kedatangan kiWidura. Terdengar suara desingan senjata, saat pedang orang itu membelah angin dan terus menusuk kedepan ke arah dada kiWidura.
"Bagus, akan ku lihat sejauh mana orang yang mengaku dirinya siInjukkawung, heup..."
Seru kiWidura kereng, lalu kembali mengunakan jurus goloknya.