Prahara DiCameti Galing

mang giok
Chapter #6

Tempat Pengungsian

"Katakan kepada gusti Adipatisura, bahwa orang yang kita tunggu-tunggu telah tiba..."

"Baik, kai..."

Lalu orang itu pun memberi kode rahasia kepada penjaga pintu dari dalam, untuk membuka pintu besi.

Setelah berbincang-bincang memakai bahasa yang tidak dimengerti oleh kiWidura,

"Srok!"

Mendadak saja lubang seukuran amplop terbuka dibawah lutut pintu besi.

"Kisilah, maaf. Kau harus menyerahkan pedangmu terlebih dahulu sebelum menghadap gusti Adipati..."

"Untuk apa?"

"Untuk memastikan, bahwa kau bukan orang jahat. Percayalah, ini untuk kebaikan kita semua..." sahut penjaga dari dalam lagi.

"Pak tua, bagaimana ini? Masakan aku harus menyerahkan pedangku ini?"

kiJantaka hanya mampuh manaikan pundaknya, tanda tidak bisa apa-apa. Dikalangan persilatan, pedang selain untuk pertahanan diri atau untuk membunuh. Pedang juga merupakan jati diri kehormatan bagi para pemegangnya. Hilang pedangnya, berarti hilang pula kehormatanya. Namun guna untuk menunjukan itikad baiknya, akhirnya kiWidurapun merelakanya.

"Baiklah kalau begitu..."

"Terimakasih..."

Sahut kiJantaka sembari menerima pedang, serta kemudian langsung dimasukan kelubang seukuran kertas Amplop tersebut. Kembali, kiWidura dan kiJantaka menunggu lagi.

"Perlu kau ketahui, Widura. Dulu ada beberapa orang yang menyamar sebagai kau dan orang-orangnya Sanggabuana lainya. Beruntung sebelum berhasil melukai Gusti Adipati, orang-orang tersebut berhasil dibunuhnya..."

"Oh, iya..."

"Benar! Makanya sejak saat itu, setiap orang yang mau bertemu dengan beliau dilarang membawa senjata tajam.. dan diminta untuk menunjukan identitas dirinya. Termasuk pedang mu itu..."

"Tak kusangka ada orang jahat seperti itu..."

"Ya, begitulah. Makanya kau harus legawa..."

"Ya, aku mengerti..."

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya pintu besi terbuka dan seorang penjagapun keluar serta menyuruhnya masuk.

Betapa kagetnya kiWidura, ketika tidak jauh dari pintu besi itu banyak orang yang berkumpul dengan wajah-wajah murung dan berputus asa.

Melihat dari penampilanya, yang begitu lesu dan tak bergairah maka dia dapat mengambil keputusan bahwa mereka itu adalah para pengungsi.

"Apakah mereka para pengungsi?"

Lihat selengkapnya