Menjadi Freshgraduated sekolah menengah atas favorit di kota ku. Gerbang baru kehidupanku telah dibuka. Sangat terharu karena namaku akhirnya menjadi yang terbaik dikelas ku jurusan ilmu alam 2. Aku sendiri gak percaya, sebab aku biasanya selalu jadi yg ke dua, atau yang ketiga. Sejak dibangku sd sampai sma aku memang selalu jadi 3 besar. Namaku nana, Prestasi yang bisa aku banggakan di eskul ku adalah kemampuan pidato dan seni puisi.
Dari aku kecil memang aku terbiasa tampil di muka umum dengan banyak pemirsa. Tidak ada rasa malu, minder atau apalah itu saat aku tampil. Temanku banyak, karena aku pandai bergaul dengan siapapun. Percaya diri adalah gambaran diriku. Bagiku tiada yang perlu ditakutkan dalam hidup ini karena kita selalu belajar. Belajar mempelajari kehidupan yang kita jalani. Hingga di bangku sma eskul muhadhoroh jadi wajib diikuti selama 1 tahun di kelas x. Kemampuan bicaraku sudah tidak diragukan lagi. Aku bisa pidato didepan dengan durasi yang panjang dan menyenangkan meski tema baru disampaikan saat itu juga. Sering ada yang kena bagian tampil namun mereka tidak masuk, jadinya aku deh yang gantikan. Dan itu didukung hampir oleh teman sekelas. Pernah juga juara 1 menulis cerpen dari sebuah stasiun tv swasta di kotaku. Dan ternyata hadiahnya cuma uang 50.000 tidak dapat sertifikat pula ,,, Kecil banget kan, serasa diremehkan karena saat pengunguman pemenangnya aku tidak hadir karena itu terjadi di malam hari. Sementara aku ini cewek yang tinggalnya jauh dari kota. Dan lagi aku baru tau kalau aku yang menang itu pun aku yang telpon duluan.karena saking keponya aku. Pernah juga menang lomba puisi lalu hadiahnya kubuat bayar spp 4 bulan sisanya buat bancaan 2 kelas. Yes, kehidupan sekolahku sangat menyenangkan, menyimpan kenangan indah yang tak kan pernah terlupakan dalam hidupku kedepannya. Modal menuju masa depanku yang insyaallah gemilang.
Masa smp ku dulu pun menyengkan, berasa jadi kepercayaan para guru. Bahkan aku begitu banyak dikenal para siswa lain karena guruku sering menceritakan diriku dikelas yang lain. Dan yang mereka katakan nana itu siswa pintar yang baik. Aku sendiri tidak tau kenapa guru-guruku seperti itu. Yang pasti aku semakin percaya diri. Namun entah sudah takdir atau karena nasib apes, di ujian nasional smp ku banyak siswa yang tidak lulus. Padahal tahun sebelum - sebelumnya kelulusan unas 100 %. Yang lulus pun diangkatanku hanya 20 % saja dari 120 siswa. Sungguh ini terjadi disekolah ku tahun 2006, yang lulus pun dengan nilai yang hampir mepet. Aku sendiri yang saat unas sakit perut diare selama seminggu. Harus bolak balik izin ke toilet, bau rokok pengawas ujian pun sangat mengganggu karena kebetulan nomor bangku ujianku di depan meja pengawas persis. Sudah sering aku memperlihatkan menutup hidung, mengipas pakai kerudungku, namun bapak pengawas sepertinya acuh. Bahkan aku sengaja bergumam terganggu bau rokok, dia masih saja merokok. Ingin menegur, namun aku lihat teman - temanku tidak ada yang terganggu. Akhirnya aku hanya menutup hidungku dengan kudungku hingga ia selesai. Bisa dipastikan konsentrasiku pun tidak 100 %.
Nilai unas ku yang pas pasan membuatku tidak bisa diterima di sekolah menengah atas negri yang baru pertama buka di daerah dekat rumahku. Sistem penerimaan siswa baru masih menggunakan nilai unas sebagai patokan. Sehingga setiap hari bisa di cek nama kita tereliminasi atau masih selamat. Karena sekolah negri masih jadi pilihan terbaik saat itu, banyak siswa dari kota yang memilih mendaftar disekolah baru ini setelah yakin nama mereka tergeser di sekolah favorit pilihan pertama mereka . Semua yang buangan dari sma babat, sma ngimbang, pada lari ke sma bluluk. Miris, aku sendiri yang seharusnya bisa sekolah didekat rumah harus merantau ke kota. Yang kota ke desa. Duh, inilah hidup. Hingga pilihan ibuku memasukkanku ke sma muhamadiyah 1 babat. Yang kelak kedepannya adalah jalan menuju takdir hidupku. Tentu dengan alasan, ini sekolah swasta terfavorit dikotaku, dengan akreditasi a. Sekolah sang juara, lab nya luar biasa. Mencetak generasi yang pasti publik speaking nya dijamin oke banget. Sekolah yang tidak hanya mendalami ilmu umum, namun juga ilmu agama. Aku bangga sekolahku
Naik angkot dengan berpakaian kebaya sendirian dengan membawa seberkas ijazah tanda kelulusanku rasanya mungkin memalukan bagi sebagian besar orang. Memang banyak orang memandangku dengan riasan yang ada di wajahku meski terkesan natural.
"habis wisuda ta nak?". Tanya seorang ibu - ibu sebangku denganku.
"iya bu". Jawabku
"kenapa sendirian?" sang ibu bertanya lagi
" iya bu, kebetulan orang tua ada keperluan". Jawabku singkat.
Saat berangkat aku memang diantar oleh om ku dengan mobil bersama ibu dan adik ku leli, dia anak ke 3 di keluarga kami. Keluarga tante memang sedang mengagendakan rekreasi ke pantai tuban. Bersamaan dengan hari kelulusanku, dan mereka menunggu hingga kepulanganku dari acara wisudaku. Namun acara wisudaku sepertinya melewati pkl 12 siang, sehingga ibuku tidak enak dengan keluarga tante yang sedang menunggu kami. Sesudah acara foto bersama siswa berprestasi bersama orang tua, ibuku pamit padaku pulang duluan supaya keluarga tidak perlu menunggu ku untuk piknik. Wisudaku dilakukan di luar ruangan, tepatnya di lapangan sekolah. Karena saat itu hp ibu sedang rusak jadi mesti pulang untuk memberi tahu mereka. Aku mengizinkan ibu untuk pergi piknik bersama mereka karena aku tidak bisa ikut.
Aku memandangi ijazahku, lalu meringkas kamarku, mengemasi pakaian dan buku serta segala barang milikku. Aku bersiap meninggalkan rumah tanteku untuk pulang ke rumah ku. Desa sumber banjar. Ya Allah, ini akhir dari masa sekolahku, lalu setelah ini?. Terima kasih nenek, kakek, tante, om, keponakan semoga aku bisa membalas kebaikan kalian selama ini. Mengizinkan aku tinggal selama 3 tahun, nenek yang selalu memasak buat aku. Om ku yang setiap minggu selalu memasakkan olahan daging sapi, rendang, dendeng, setiap sabtu selalu membelikan sate samiin terenak dan gulenya. Kenangan ini tak kan terlupa. Aku bagian mencuci pakai mesin cuci dan menyapu.
Tanteku seorang bidan desa di tuban, om berprofesi sebagai tentara angkatan darat yang tiap tahun selalu tugas selama 1 tahun kemudian tahun berikutnya dikompi 1 tahun. Begitu terus hingga ia sekolah lagi entah apa yang katanya bisa menurunkan ia supaya tidak di kompi lagi tapi di kodim. Jadi ia sekarang menetap di kodim dekat rumahnya. Tinggal tanteku yang masih belum ingin pindah dekat rumah meski telah pns. Entahlah yang kudengar karena ia merasa di pukesmasnya ini ia sudah nyaman, laris lagi. Ya pukesmas pembantu dengan fasilitas rumah dinas dekat balai desa namun juga dekat kuburan. Dia sudah ditempatkan disana sejak lulus sekolah bidannya, jadi bidan ptt sejak lulus. Kupandang rumah ini, rumah besar ini akan aku tinggalkan. Semoga nanti aku bisa membuat rumah seperti ini. Megah dan kuat. Pasti ibuku bangga.
Ibuku saja yang berprofesi jadi guru sukuan di sekolah madrasah ibtidahiyah negri di desa ku mengabdi dari tahun 1990 aku belum lahir, hingga kini aku lulus sma belum diangkat jadi pns. Miris, gaji ibuku saja saat aku masih kelas 2 sma saja 50.000 sambil ngambil ngajar di madrasah Tsanawiyah swasta di gaji 25.000 miris memang ini tahun 2008. Padahal saat itu ibu harus kuliah s1 untuk mengikuti standart pendidikan yang ditetapkan bagi guru. Dulu ibuku lulusan sekolah pendidikan guru (SPG), lalu sekolah DII - pendidikan agama islam dibiayai pemerintah.
Ayahku seorang petani, dia memang lulusan sekolah teknik mesin di bojonegoro. Ia memilih jadi petani di sawah, yang dimiliki memang hanya 6 petak saja. Tanaman yang di tanam saat musim hujan adalah padi, saat musim kemarau tanamannya adalah tembakau. Penghasilan petani, hanya saat panen saja. Ayahku tak pernah kerja jadi buruh tani karena memang dia dianggap tidak kuat. Ayahku dari kecil itu memang gak doyan soro banyak yang bilang begitu. Gak kuat, jalan saja lama banget. Bukan tipe cekatan. Tapi dia ganteng, sopan, kalem, baik mungkin itu yang membuat ibuku cinta ayahku. Ibuku berbanding terbalik dari ayah, tidak cantik tapi dia pintar dandan, pendek tapi seksi, semok, cekatan, bisa diandalkan, periang, kuat dibawah tekanan, pintar, perfect deh. Dia punya kekurangan tapi dia pandai menutupi kekurangannya dengan kelebihannya.
Sesampainya aku dirumah, kutata kamarku yang telah lama tak kutempati.
" nana, apa rencanamu kedepannya sayang?". Ucap ibuku sembari memberiku secangkir teh.
" ya menunggu hasil tes usm stis bu agustus ini ada pengungumannya . Tetap pada rencana awal nana gak akan ikutan sbmptn bu. Klu di stis nana tidak diterima nana bakalan nyari kerja saja" jawabku persis saat ia bertanya padaku beberapa bulan yang lalu.
Aku sadar ibu dan ayahku tak mungkin bisa membiayai kuliahku bila aku melanjutkan kuliah meski di kampus negri sekalipun. Mengambil jalur pmdk tidak jadi ku ambil waktu itu, aku tidak tertarik sebab aku berfikir sekalipun aku di terima dikampus pilihanku, tetap saja aku melihat ketidakmampuan orang tuaku nantinya dalam membiayai, apalagi dikota surabaya aku tak ada keluarga disana. Aku telah banyak mengantongi info biaya kost, biaya makan, belum biaya penunjang kuliah. Tidak, aku tidak akan tega aku memiliki 2 adik perempuan sekolah yang masih kecil.
Stis ( sekolah Tinggi ilmu statistik) adalah sekolah kedinasan yang biayanya gratis hingga lulus, setelah lulus pun langsung menjadi pns golongan IV. Inilah yang membuatku tertarik, aku telah banyak mencari tau kampus ini dari internet, memfotocopy paket buku soal - soal usm, mempelajari pola - polanya tanpa membeli bukunya, sebab lebih murah copy kan. Alasan berhemat, Biasanya aku meminjam dari kenalanku sekolah lain. Sebab siswa disekolahku tidak ada yang tertarik dengan sekolah kedinasan. Aku punya banyak kenalan siswa sekolah lain dari eskulku teater. Mengenalkan aku saat ada pertemuan pelajar teater sekecamatan babat, mahasiswa kampus swasta didaerahku pun banyak yang kukenal dari eskul ini. Kuakui soal usm stis itu sulit, namun apa salahnya mencoba mungkin takdir ku disana. Bila sudah taqdir dari Allah, apapun itu tidak ada yang bisa mengalahkan kuasanya.
" nana sudah melamar kerja di awam swalayan babat bu, tempat kerja nya om wardoyo. Tapi saat interview nana bertemu dengan om, nana sapa om. Dan malamnya om panggil nana. Katanya mengapa nana tidak titip lamaran pada om saja, kan om bisa tempatkan kamu diapotiknya atau di warnetnya, bukan satu bagian gini " aku bercerita
" artinya kamu gak boleh kerja disana? "