ASLOVEGOESBY

Arisyifa Siregar
Chapter #10

10. Akan Baik-Baik Saja

Sampai di lantai tiga gedung yang sebenarnya tak jauh dari sekolahnya namun belum pernah ia datangi ini, Raina melewati ruangan-ruangan kaca berlapis penghalang putih di kanan dan kiri. Tak jauh dari lift, di pojok ruangan ia melihat nomor ruangan yang Yiran sebutkan di chat. Langsung mendekat dan membuka pintu perlahan, udara dingin dari dalam ruangan menyeruak menyentuh kulitnya yang lumayan kepanasan karena berjalan kaki dari sekolah ke coworking space ini.

Di dalam ruangan seluas sepuluh meter dengan dua meja panjang dan beberapa buah kursi di dalamnya ini, Yiran duduk di pojok di sebelah jendela. Sinar matahari sore yang masuk dari jendela menerpa kulitnya. Pandangan Yiran terus mengikuti Raina yang langsung duduk di seberangnya kemudian mengeluarkan buku-buku dari tasnya sambil sesekali menyapu pandangan ke sekeliling ruangan. Terlihat jelas ia baru pertama kali masuk ke coworking space seperti ini. Yiran memalingkan wajahnya menghadap ke jendela, menyembunyikan senyum karena melihat gelagat polos Raina.

“Anak sekolah juga boleh sewa tempat ini?” tanya Raina tak menyembunyikan rasa penasarannya.

Yiran menarik nafas, menghilangkan senyum dari wajahnya kemudian menengok dan mengedikkan bahu. “Gue kenal sama yang punya,” jawabnya.

“Ahhhh..,” Raina mengangguk-angguk sambil menjajarkan beberapa buku di atas meja.

Yiran menatapnya diam-diam, buru-buru mengalihkan pandangannya asal saat Raina kelihatan sedikit saja hendak melihat ke arahnya.


Suara pintu diketuk memecah kesunyian. Seorang cowok berusia dua puluh tahunan berkulit putih pucat yang tinggi badannya hampir sama jangkungnya dengan Yiran masuk sambil membawa baki dengan minuman di atasnya. Mendekati mereka lalu menaruh segelas es kopi di hadapan Yiran, dan milk tea di hadapan Raina. Raina mengerling kaget ke arah Yiran sambil berpikir bagaimana bisa Yiran tahu dia suka milk tea.

Dari ekor mata Yiran yang sedang mengaduk-aduk kopi sadar akan pandangan Raina. Dalam hati merasa lega pilihannya tak salah, karena sebenarnya ia sempat ragu dan lama memutuskan harus menyiapkan minuman apa untuk Raina, sampai googling dulu minuman apa yang biasanya disukai oleh wanita.

“Halo adek cantik, siapa namanya?” sapa cowok pengantar minuman dengan keramahan berlebihan yang tak biasa Raina  hadapi.

Raina nyengir kuda, sementara Yiran melemparkan lirikan sinis yang teramat tajam. Melihat ekspresi Yiran cowok itu yang langsung terkekeh. “Baru kali ini loh gue liat Yiran bawa cewek!” godanya.

“Apaan sih! Udah sana pergi!” Usir Yiran sambil merengut.

Raina mengatupkan mulutnya rapat-rapat, di satu sisi ia berpikir apa hubungannya cowok ini dengan Yiran, di sisi lain kata-kata cowok ini membuatnya senang.

Cowok itu mengulurkan tangan ke Raina, “Daniel.” Ia memperkenalkan diri. “Kakak sepupunya Yiran.”

“Ah!” Saat Raina hendak menyambut tangannya untuk dijabat, Yiran malah menepis tangan Daniel cukup keras sampai cowok itu meringis kesakitan dan mengibas-ngibaskan tangannya di udara.

“Raina!” balas Raina sambil tersenyum ramah dan melambai-lambaikan tangan pelan.

“Udah sana!” usir Yiran lagi sambil mengerutkan dahi.

Daniel terkekeh makin menjadi, puas sudah menggoda adik sepupu yang jarang ditemui ini, “Iya, iya! Selamat belajar ya!” Pamitnya sambil berjalan keluar ruangan menyempatkan berseru, “Belajar yang bener!” sebelum menutup pintu.

Yiran mendengus dengan bibir berkerut, bergeleng-geleng sambil mengambil salah satu buku yang Raina jajarkan di atas meja dan membukanya asal. Di hadapannya, Raina mengatupkan bibirnya menahan senyum. Ekspresi Yiran terlihat sangat menggemaskan. Hal baru lagi yang ia tahu dari dinginnya sosok Yiran, Raina mulai berpikir akan se-menggemaskan apa Yiran kalau sedang merajuk.

Sadar begitu lemah pertahanan dirinya setiap kali memandang Yiran, Raina buru-buru berusaha mengembalikan fokusnya sebelum perasaannya tertangkap basah. Ia langsung memulai pelajaran yang sebelumnya sempat tertunda beberapa kali ini. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan yang sudah ia dapat dengan susah payah. Meskipun menjerit-jerit histeris dalam hati bisa berhadapan langsung dan hanya berdua dengan Yiran seperti saat ini, di luarnya, Raina akan benar-benar menjaga sikap agar tak mempermalukan dirinya sendiri.

Lihat selengkapnya