ASLOVEGOESBY

Arisyifa Siregar
Chapter #16

16. Terkonfirmasi

Raina duduk membungkuk sambil melamun, setelah jalan kaki dari sekolah ke gedung coworking space di bawah sinar matahari  dan udara sore yang cukup panas energinya terkuras. Ia melipat kedua tangannya di atas meja lalu menaruh kepalanya di atasnya. Matanya berkedip-kedip lambat memandang ke arah pintu yang masih sedikit bergerak setelah dilewati Yiran untuk turun ke kafe beberapa saat lalu.

Matanya terasa berat dan makin berat, Raina memilih memejamkannya dan menghirup nafas dalam-dalam merasakan sejuk dinginnya ruangan ini. Keringat di dahinya tertiup angin AC yang sepoi-sepoi, tanpa sadar mulai tenggelam dalam kenyamanan dan tertidur. Tidur yang tak dilakukan dengan baik tadi malam.

Yiran membuka pintu sambil memasukkan kartu debitnya ke dalam dompet. Saat melihat Raina tertidur ia terdiam sejenak di ambang pintu, bibirnya melengkungkan senyum. Ia kemudian menutup pintu dengan hati-hati agar tak menimbulkan suara berisik sedikit pun yang bisa membangunkan Raina.

Ia mendekat perlahan, biasanya ia duduk di seberang, kali ini ia duduk di samping Raina. Memandangi wajah Raina dengan dagu bertelekan lengan. Gadis bermuka kecil ini terlihat sangat lelap dalam tidurnya. Yiran bisa menebak kenapa Raina tertidur seperti ini. Karena bukan cuma Raina, Yiran semalaman tak bisa tidur. Bukan karena insomnianya tapi karena memikirkan Raina. Semalaman ia juga berpikir apa yang harus dilakukan besok di sekolah, harus bilang apa, harus berperilaku bagaimana. Ia tak pernah kegelisahan ini perkara wanita.

Menyukai Raina tak pernah masuk dalam rencananya. Mungkin orang tak akan ada yang percaya jika dibilang wajah setampan dan prestasi sebagus itu ia belum pernah punya pacar. Tapi memang begitu nyatanya. Ia selalu bersikap dingin dan berhati-hati dengan cewek karena kata-kata ayahnya selalu terngiang-ngiang di otaknya. “Perempuan tu bahaya, mereka deketin kadang cuma karena kita ganteng, kaya, atau pinter, kalau gak sesuai ekspektasi dibuang.”

Entah apa yang dipikirkan ayahnya waktu itu mengatakan pada Yiran yang masih berusia dua belas tahun. Sepertinya jika dipikir-pikir lagi sekarang itu mungkin momen-momen kritis antara ayah dan ibunya sebelum akhirnya bercerai satu tahun kemudian.

Menurut Yiran yang lucunya kata-kata itu diucapkan oleh ayahnya yang terlalu gampang dekat dan jauh lagi dengan perempuan. Meski begitu justru perkataan dan tindakan ayahnya yang saling berlawanan itu yang membuat Yiran tak mau mengulangi kebodohan yang dilakukan ayahnya, yang terlalu mudah suka dan benci ke perempuan. Ia terus menerus menjauhkan perempuan sampai pernah dikira tidak normal oleh Sinta beberapa tahun lalu karena belum pernah dengar Yiran tertarik dengan perempuan sampai usia remajanya. Padahal semua karena dia tak mau bersikap bodoh seperti ayahnya.

Tak disangka setelah dipaksa pindah ke sekolah tempat ibu tirinya ini untuk lebih diawasi tingkah lakunya karena Yiran dicap membangkang ayahnya setelah ayahnya menikah lagi tahun lalu. Ia justru menemukan warna baru dalam hidupnya. Raina yang kikuk dan bicara dengannya takut-takut ini justru menarik perhatiannya.

Kalau dipikir-pikir ia mungkin sudah tertarik kepada Raina sejak hari pertama. Saat pertama kali ia melihat Raina saat upacara sekolah. Ia melihat cewek ini hampir tertidur sambil berdiri karena upacara yang terlalu lama, saat itu Yiran berpikir apa yang membuat cewek itu bisa hampir ketiduran sambil berdiri dibawah panas teriknya matahari. Ia tersenyum sendiri, mendapati sekarang ia malah melihat langsung Raina benar-benar terlelap tidur di hadapannya.

Tak lama kemudian, terdengar suara pintu dibuka, Daniel masuk dengan nampan yang membawa makanan dan minuman di tangannya.

“Sssst!” tegur Yiran, kesal karena Daniel membuka pintu terlalu kencang.

Telinganya mendengar suara, Raina membuka matanya dan buru-buru duduk tegak sambil merapikan rambut. Ia langsung menutup mukanya dengan kedua telapak tangan saat menyadari Yiran duduk di sebelahnya. “Aduh kenapa gue ketiduran si!” grundel nya dalam hati.

“Minum dulu.” Yiran menyodorkan sebotol air mineral ke Raina yang langsung menurunkan kedua tangannya dari mukanya dan mengangguk sambil mengambilnya tanpa melihat ke wajah Yiran.

“Tidur aja lagi kalau masih ngantuk,” ujar Yiran bergerak pindah dari samping Raina ke kursi seberang yang biasa ia duduki.

Sorry ya gue jadi bangunin!” ujar Daniel sambil berjalan mundur dan keluar ruangan.

Lihat selengkapnya