ASLOVEGOESBY

Arisyifa Siregar
Chapter #37

37. Kejutan

4 Bulan Kemudian…


Yiran merengut kesal, di hadapannya Raina menunduk patuh tak bisa berkata-kata. Ia sudah menahan selama berhari-hari untuk meminta izin pergi. Saking bingung cara agar Yiran tak marah, ia sempat berpikir untuk pergi diam-diam, tapi jelas itu hanya menambah masalah dengan masalah. Dia tahu Yiran pasti akan kesal seperti ini, kekhawatirannya terjadi, Yiran merajuk tak mau membiarkannya pergi. Tapi Raina tak bisa ingkar janji. Dia perlu pulang ke Bandung setiap liburan. 

“Jadi kamu ninggalin aku?” Rengek Yiran dengan wajah datar.

“Cuma seminggu, kok.” Bujuk Raina.

Untuk beberapa saat tak ada yang terdengar dari keduanya, yang terdengar hanya gesekan antara dedaunan di atas kepala mereka yang tertiup angin. Beberapa mahasiswa yang lewat melempar pandangan ke Raina dan Yiran yang berdiri berhadapan sambil terdiam di trotoar kampus.

“Yiran,” panggil Raina manja, “Kamu kan juga lagi sibuk magang...”

Ucapan Raina malah mendapat lirikan tajam dari Yiran yang jelas-jelas makin kesal. “Nggak bisa akhir semester depan aja pulangnya?” nego Yiran “Semester depan aku udah gak magang.”

Raina menggeleng, “Kan semester depan kamu sidang skripsi.” Sahut Raina. “Lagian aku udah janji bakal pulang tiap libur, cuma seminggu Yiran.”

Yiran menarik tangan Raina dan merapatkan tubuh mereka. “Sehari aja aku nggak mau nggak liat kamu apalagi seminggu!”

Raina tak bisa mendebat tingkah posesif Yiran, sejak kejadian di kafe waktu itu selama empat bulan penuh dia selalu berusaha antar jemput Raina setiap ada kesempatan, meskipun hanya sedikit waktu yang ia miliki seperti jam istirahat atau di sela-sela kegiatan di luar kantor, padahal dia sedang sibuk magang di perusahaan konsultan bisnis. “Kalau bisa pulang cepet, nggak sampai seminggu aku pulang.” Bujuk Raina lagi.

Memandang wajah Raina yang mengiba sambil membelai pipinya lembut, Yiran akhirnya menyerah,  “Langsung pulang kalau aku bilang kangen!” Candanya. 

Raina tertawa sambil mengangguk dan memeluk pinggang Yiran, menyandarkan wajahnya di dada Yiran yang harum dengan wangi yang khasnya. “Nanti aku video call tiap jam kalau perlu!” ucap Raina asal janji.

***

Janji ternyata hanya janji, selama di Bandung Raina langsung sibuk membantu pekerjaan di pabrik. Om Heru sedang kurang sehat, terlebih pabrik sedang mengalami sedikit kerugian karena ada beberapa kontrak kerjasama yang dibatalkan. Tiba di Bandung Raina langsung mengerjakan semua hal yang bisa ia kerjakan. Jarang melihat ponselnya apalagi menyempatkan menelpon Yiran selama matahari masih terbit di langit. Dia baru bisa melakukan video call saat kegelapan di langit sudah pekat, Yiran pun biasanya menjawab panggilannya di mobil sambil menyetir pulang. 

Dan malam ini tak seperti hari-hari sebelumnya, Yiran mendadak tak menjawab panggilan video call-nya. Raina yang sudah menaruh kepalanya di atas bantal langsung bangun dan duduk bersandar di ujung tempat tidur. Ia coba melakukan panggilan sekali lagi, matanya mengerjap bingung, masih tak ada jawaban dari Yiran. Mulai gelisah takut Yiran marah, atau terjadi sesuatu padanya mengingat ini jam-jam ia sedang berkendara.

Raina turun dari kasur, berjalan mondar mandir di dalam kamar dengan mengenakan piyama putih berlengan pendek. Sekali lagi coba menelpon, makin khawatir karna tetap tak diangkat.

Meski ragu, ia yang kelewat resah langsung memutuskan untuk menelpon nomor Lidia, Mama Yiran yang selama ini sering berkirim kabar dengannya lewat chat. Beberapa kali nada sambung berbunyi, Lidia yang tengah mencuci piring di dapur pun menjawab teleponnya.

“Halo, Tante!” Sapanya agak terburu-buru. “Yiran udah pulang belum, Tan?”

Lihat selengkapnya