Mata Raina mengerjap dan baru tersadar mobil tengah berhenti di sebuah parkiran. Di sampingnya ternyata Yiran juga sedang bersandar di kursinya yang sedikit direbahkan dengan kedua tangan dilipat di depan dada, matanya terpejam lekat. Diam-diam Raina mendekati dan mengamati wajah Yiran. Dipandanginya setiap lekukan di wajah Yiran sambil tersenyum. Bahkan dalam keadaan tertidur begini saja Yiran masih sangat tampan. Mendadak Raina berpikir, apa kalau dia tidur seperti tadi kelihatan cantik di mata Yiran? Jangan-jangan dia ngorok atau ngiler? Pikirannya sedang repot kesana kemari saat tiba-tiba Yiran berkata, “Udah belum? Liatinnya?”
Raina seketika membelalak dan langsung mundur sampai punggungnya mentok ke pintu mobil. Yiran membuka matanya perlahan dan tersenyum, tangannya menarik tuas dan kursinya bergerak tegak. Diliriknya Raina yang wajahnya merona malu, “Mau makan dulu?” tanyanya.
Mata Raina berkedip cepat dan mulutnya bergerak kaku, “M-makan?” Kepalanya lalu menengok ke sana kemari. “Ini kita lagi dimana?” Baru sadar kenapa mereka belum sampai ke kosan.
“Kita makan dulu,” ucap Yiran langsung keluar mobil.
Sambil merapikan poninya dengan jari Raina bergegas turun dari mobil dan menyapukan pandangannya ke sekeliling. Ia mengikuti Yiran yang masuk ke salah satu restoran. Seakan sudah hafal dengan tempat ini Yiran terus berjalan menyeberangi ruangan dan menaiki tangga yang ternyata menuju ke area rooftop. Menyambangi salah satu meja yang ada penanda ‘reserved’ dan duduk di salah satu kursinya.
Raina duduk di hadapannya, terpana dengan pemandangan langit dengan warna oranye-merah muda yang dihiasi gedung-gedung tinggi. Yiran memandang Raina dan tersenyum, tak sia-sia dia melakukan pemesanan di kafe ini seminggu lalu. Melihat Raina terpesona dengan pandangan dari rooftop ini saja sudah langsung menghilangkan rasa lelahnya berkendara.
“Aku dah mesen makanannya,” ucap Yiran.
Raina mengangguk, tak bisa menyembunyikan rasa senangnya berada di tempat dengan pemandangan yang terlihat indah ini. Ia mengambil ponselnya dan memotret deretan gedung dengan latar langit senja itu lalu memandangi layar ponselnya, mengecek hasil foto dengan mata berbinar.
“Kamu tau gak, kenapa kamu aku ajak kesini buat liat sunset?” tanya Yiran.
Raina langsung mengangkat pandangannya dari ponsel ke Yiran, melemparkan tatapan tak tahu.
“Kamu inget kapan kita jadian?” tanya Yiran lagi.
Raina menggerakkan kepalanya sedikit miring, “Pas ke taman bermain?”