ASLOVEGOESBY

Arisyifa Siregar
Chapter #43

43. Meringankan Beban

Bangun tidur Raina langsung mengecek ponselnya, mau mandi ia mengecek ponselnya, berjalan ke kampus, di tengah-tengah jam pelajaran, di kantin saat istirahat, dalam perjalanan ke kafe, sambil melayani pelanggan di kafe, di sela-sela mencuci gelas atau membuat kopi, di perjalanan pulang, setelah mandi dan naik ke kasur, sebelum tidur, Raina terus menerus mengecek ponselnya, tapi tak ada kabar dari Yiran yang sudah dua hari ada di Bandung. Satu-satunya pesan chat yang masuk ke ponselnya hari ini malah dari Yunita yang diam-diam memotret Yiran yang sedang sibuk bekerja di pabrik.

“Pacar mu ganteng banget mbak!” kata Yunita, “Sesuai request, aku gak bilang sama yang lain kalau Mas Yiran pacar kamu, rahasia aman!” jelasnya.

Raina masih menerima informasi dengan biasa saja, karena memang dia yang meminta Yunita dan Om Heru untuk merahasiakan status hubungan Yiran dan dirinya, tak ingin ada orang pabrik yang tahu, jadi tak ada yang sengaja menyembunyikan atau menutup-nutupi informasi yang mungkin Yiran perlu tahu. Tapi saat informasi dari Yunita semakin bertambah dan bertambah, terutama saat dia bilang, “Tapi cewek-cewek di sini langsung pada mepet mbak, langsung cari perhatian dan minta nomor hapenya!”

Mendadak Raina ketar-ketir dan mulai menyesal tak bilang Yiran itu pacarnya. Tanpa kabar dari Yiran yang dua hari benar-benar sibuk, cerita dari Yunita yang membuatnya overthinking, dan bayang-bayang di kepalanya bahwa Yiran dikerubungi oleh cewek-cewek pabrik membuat Raina pusing. Kini sambil berguling ke kanan dan ke kiri di atas kasurnya ia memekik frustasi. “Aku kangen Yiran!” rengeknya sambil tengkurap dengan wajah tenggelam di bantal dan kedua kaki memukul-mukul permukaan kasur.

Tiba-tiba terdengar pintu kamarnya di ketuk, Raina langsung mengangkat badan dan duduk, memasang telinganya dan mendengarkan lagi suara barusan. Benar saja pintu kamarnya di ketuk lagi. Raina buru-buru turun dari kasur, sambil mengikat rambutnya ia berjalan ke arah pintu dan membukanya perlahan. Saat ia mengintip dari celahnya dan melihat wajah Yiran seketika tangannya membuka pintu lebar-lebar. “Yiran!” serunya langsung memeluk pria yang dirindukannya dua hari terakhir ini.

Yiran tersenyum dan membalas pelukan Raina. Kepalanya terkulai di atas bahu Raina. “Aku capek banget!” ucapnya lalu kakinya bergerak melangkah maju, perlahan membawa mundur tubuh Raina dalam pelukannya dan masuk ke dalam kamar. Raina mengerjap bingung. Kaki Yiran menendang pintu pelan hingga tertutup dan ia terus melangkah maju sampai ke kasur di pojok kamar. Sesampainya di depan kasur ia memiringkan badannya dan badan Raina lalu membanting tubuh mereka berbaring miring di kasur sambil masih berpelukan.

Matanya mengerjap, masih di dalam pelukan Yiran wajah Raina merah merona. “Yi-Yiran?” panggilnya ke Yiran yang memejamkan mata.

“Em?” gumam Yiran tak membuka matanya sama sekali.

“Aku buatin teh, ya.” Raina bergerak melepaskan tubuhnya dari Yiran, tapi Yiran malah mengencangkan pelukannya..

“Nggak usah, aku ngantuk banget,” ucap Yiran, memejamkan matanya lebih lekat.

Selama beberapa saat Raina terdiam sambil memandangi wajah Yiran yang sepertinya benar-benar tertidur lelap. Jadi berpikir betapa lelahnya Yiran sampai jatuh tertidur seperti ini. Juga sudah kelelahan pun dia benar-benar langsung datang menemui Raina malam-malam begini. Raina membelai wajah Yiran lembut dan memandanginya sambil tersenyum. Berterima kasih kepada Tuhan telah mengirimkan dia sosok Yiran kehidupnya. Ia pun kembali memeluk Yiran dan ikut memejamkan mata.

***

Telinganya mendengar suara pintu di ketuk, matanya masih terpejam, dan tangannya terasa kesemutan. Mendengar suara pintu ini yang ada di bayangannya adalah Yiran berdiri di depan pintu, ia lalu memeluknya erat-erat, mereka berdua jatuh ke kasur, lalu tertidur. Seketika mata Raina terbuka lebar, ditengok sosok Yiran yang berbaring di sampingnya, ia langsung menelan ludah dan perlahan menarik tangannya yang kesemutan di bawah pinggang Yiran.

Pintu kamarnya di ketuk lagi, Raina turun dari kasur dan bergerak panik bolak balik di depan tempat tidur, bagaimana kalau itu pemilik kos atau tetangga kosnya? Ditengoknya Yiran yang masih pulas tertidur. “Aduh!” gerutu nya bingung, berjinjit ke arah pintu dan dengan hati-hati menarik kenop pintu terbuka.

“Siapa?” ucap Raina lewat celah pintu.

“Kaaaaa!” pekik heboh orang yang berdiri di depan pintu.

Lihat selengkapnya