ASLOVEGOESBY

Arisyifa Siregar
Chapter #47

47. Toi et moi, éternellement

Tak ada yang lebih canggung ketimbang berdua bersama pasangan di depan sepasang kekasih lain yang sedang bertengkar. Raina dan Yiran sama-sama duduk tegak dikursinya, tak berani melempar pandangan ke satu sama lain apalagi menggenggam tangan satu sama lain. Di hadapan mereka ada Kavi dan Tami yang wajahnya murung.

Gita dan Duna lebih canggung lagi, sebagai single di antara dua pasangan yang mood-nya berlawanan ini, mereka tak lagi lain harus mengambil peran sebagai pencair suasana. Bagaimanapun juga dia ada disini saat ini memang untuk itu. Seakan bisa memprediksi keadaan, Gita orang pertama yang Yiran hubungi saat menyampaikan rencananya sebulan lalu. Dan disini lah Gita yang sudah mengiyakan akan membantu, harus memaksimalkan eksistensinya untuk mengusir suasana kelam ini.

“Oke! Pertama-tama sekali lagi, selamat atas kelulusannya buat Tami dan Kak Yiran!” tepuknya penuh semangat. “Sambil nunggu makanan datang gimana kalau kita main game?” sarannya tiba-tiba.

Kavi dan Tami tak ada tanggapan dengan ajakan konyol Gita. Raina mengerling bingung dengan tingkah adiknya itu, ditambah bingung kenapa untuk makan malam saja mereka harus menyewa restoran dengan ruangan terpisah seperti ini, dan kenapa juga Gita yang tiba-tiba hadir disini seakan mengemban tugas sebagai pembawa acara. Sementara Yiran yang mengatur semua ini dan melihat betapa Gita berusaha, menyunggingkan senyum.

Duna yang sudah tahu tujuan mereka kumpul disini pun masih kebingungan, melemparkan tatapan penuh tanya ke Raina yang sama sekali tak tahu apa-apa dan sedang mengirimkan isyarat dengan mengangkat-angkat alisnya tanda ia tak paham dengan keadaan.

Meski tak ada tanggapan dari audiens, Gita yang sudah berkomitmen melakukan tugasnya pun berdiri. Mengambil beberapa kertas pertanyaan yang ada di ujung restoran yang memang berkonsep makan sambil main ini. “Oke kita bagi dua tim ya!” ujarnya saat kembali ke kursinya. Diliriknya dari posisi duduk mereka yang berputar. Ia pun tersenyum licik, menemukan cara untuk mencairkan suasana sekaligus memancing kerekatan hubungan dua pasangan ini.

“Raina setim sama Kavi,” ucapnya bersemangat. “Yiran sama Tami!” tambahnya, sukses membuat pandangan keempat orang itu melesat ke arahnya. Ia pun nyengir kuda dan langsung menyampaikan pertanyaan pertama ketika Raina bertukar tempat duduk dengan Tami.

Kavi menunjuk tangan dan menjawab. Saat jawaban Kavi benar, Raina bersorak kegirangan dan melakukan tos dengan Kavi yang juga tersenyum lebar.

Di tempatnya Yiran dan Tami mengerutkan dahi lalu saling tatap. Tanpa bicara satu sama lain keduanya mengerti harus apa, mereka pun buru-buru menjawab pertanyaan kedua dan langsung berseru “Yes!” bersamaan karena jawabannya benar. Pertanyaan ketiga Raina yang mengangkat tangan, namun ternyata jawabannya salah, ia pun menunduk kesal tapi Kavi menepuk-nepuk bahunya menenangkan.

Seketika Yiran merengut. “Mereka sadar gak sih kalau mereka tu mantan?” bisik Yiran ke Tami yang langsung mengangguk-angguk.

Dalam diam Gita mengawasi, api yang ia sulut sepertinya berhasil membuat kedua pasangan ini terbakar. Duna yang menjadi asistennya pun mulai cengar-cengir, pelan-pelan menangkap tujuan Gita melakukan game ini.

Pertanyaan keempat Tami berhasil menjawab, Yiran menepuk-nepuk bahu Tami bangga dan Kavi diam-diam melirik sebal. Pertanyaan lima menjadi pertanyaan penentu, dan ternyata Raina menjawab dengan benar hingga ia dan Kavi bersorak kegirangan melakukan tos lalu mengaitkan jari satu sama lain dan menggoyang-goyangkannya.

Yiran kehabisan kesabaran, ia langsung mengangkat bokongnya dari kursi dan mengulurkan tangannya memisahkan tangan Raina dan Kavi yang saling bertaut. Seketika mata Raina terbuka lebar dan hanya memandang ke wajah Yiran yang ditekuk. Kavi pun tanpa sengaja melemparkan pandangannya ke Tami yang ternyata tengah memicingkan mata ke arahnya.

Gita tersenyum puas, taktiknya berjalan lancar. Tepat saat makanan datang, ia bilang “Yuk kita makan dulu abis itu baru game lagi.”

“Nggak!” seru Tami dan Yiran bersamaan.

Gita terkekeh tanpa suara. Raina langsung menggenggam tangan Yiran menenangkannya sambil bergeser kembali ke tempat duduknya semula, merasa bodoh tidak peka padahal tau dengan jelas betapa Yiran gampang cemburu. Ditambah lagi prianya bukan orang lain, melainkan Kavi, yang jelas-jelas sampai sekarang masih menjadi orang paling yang paling mudah membuat Yiran kesal.

“Maaf!” bisik Raina lembut ke telinga Yiran.

“Em.” Sahut Yiran singkat. “Tapi aku punya satu pertanyaan,” sambungnya sambil berbisik balik.

“Apa?” Raina melongo bingung.

Lihat selengkapnya