Halte terindah bagi distancer yang homesick adalah pertemuan.
***
Adzan Isya sudah berlalu tigapuluh menit yang lalu. Sheila Paramitha sedang di dalam kamar. Laptopnya menyala tepat di depan gadis berhijab itu. Earphone terhubung di telinganya. Sheila tidak sedang mendengarkan list lagu dari spotify channel. Perempuan itu sedang terhubung dengan seseorang yang saat ini sedang webcam dengannya.
Sheila adalah seorang pelajar SMU, gadis cantik bertubuh tinggi dengan lesung pipi dan gigi kelinci, sekilas wajah gadis itu mirip Chelse Olivia, istri dari Glen Alinski. Di dalam laptop yang menyala terlihat lelaki tampan, wajah putih bersih dengan rambut ikal, hidung sedikit mancung, berkaca mata, sekilas mirip Nicholas Syahputra dengan memakai baju koko motif dan bersarung batik sedang duduk bersila di atas sajadah yang membentang dengan mushaf Al Qur' an membuka di pangkuannya. Lelaki tampan dalam laptop itu bernama Bhumi Dio Syahputra, teman Sheila, kenalan dari sebuah aplikasi chatting room anak muda.
Setelah seminggu saling berbalas chatting Sheila akhirnya mengetahui bahwa Bhumi adalah salah satu penganggum tulisan - tulisan Sheila yang terangkum dalam antologi puisi dan sebuah novel yang Sheila publish di platform media menulis online.
Bhumi mengaggumi Sheila sebagai penulis muda dan berbakat. Bhumi selalu up to date tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan penulis idolanya itu. Kegiatan literasinya, termasuk perihal novel Sheila saat ini yang sudah terbit di sebuah penerbit mayor dengan judul : Gerimis Paling Bening, yang baru saja lelaki itu beli dan di pamerkan ke Sheila beberapa menit yang lalu. Sheila merasa tersanjung atas sikap Bhumi.
Bhumi saat ini sedang melantunkan ayat - ayat Qur'ani untuk Sheila. Syahdu dan merdu terdengar. Lantunan suara Bhumi begitu menenangkan kalbu gadis belia yang sedang dilanda gundah gulana dan kesepian di rumah besarnya yang mewah. Iya, di rumah besar itu seringnya hanya dihuni dirinya dan seorang pembantu setia, Bibi Sumi.