ASRAMA DANYANG

Niatun Nikmah
Chapter #13

Cahaya Jingga di Sungai AT-TAQWA

Bedug Maghrib menggema, para santri duduk melingkar mengelilingi wadah tampah plastik berisi sego gurih, nasi yang diolah dengan air santan dari kelapa tua, dengan bertabur lauk ayam dan bawang goreng sebagai jamuan berbuka puasa hari Asyura. 

Menu makanan itu dibuat langsung oleh Bu Nyai Bahira, yang dibantu juga oleh para wanita keluarga pondok. Tidak hanya memasak menu makanan para santri berbuka puasa, namun juga membuat sepuluh nasi tumpeng untuk memeriahkan acara malam satu suro. 

Tujuan diadakannya acara syukuran Malam Satu Syuro untuk meminta keselamatan serta ilham dari Yang Maha Kuasa agar tidak melakukan hal-hal buruk selama berlangsungnya bulan keramat tersebut sebagaimana Masyarakat Jawa merasa bahwa bulan tersebut merupakan waktu yang suci untuk memperbaiki diri tentang berbagai hal yakni tentang ungkapan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa, serta sebagai evaluasi atas segala dosa sepanjang satu tahun yang sudah terlewati.

Malam ini juga akan menjadi malam yang berbahagia untuk para siswa atau santri karena akan menjadi ujian tryout sekolah yang terakhir. Meski ujian tryout sekolah ini terbilang aneh bagi setiap orang yang mendengarnya, tetapi untuk masyarakat sekitar pondok pesantren AT-TAQWA sudah menjadi hal yang biasa. 

Bahkan, kegiatan tersebut menjadi ajang pertunjukan yang seru bagi warga setempat yang menyaksikan secara langsung kegiatan setiap satu tahun sekali itu. 

Para santri akan menceburkan dirinya ke sungai yang tempatnya berada di belakang pondok dan akan berendam mulai dari pukul dua belas malam hingga sepertiga malam. Hal itu bertujuan untuk membersihkan diri baik jiwa dan batinnya dari segala keburukan di tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan para Kiai dan Ustaz duduk di tepi sungai yang beralas tikar, untuk berwiridan selama proses itu berlangsung sampai akhir tiba. 

Semua santri telah bersiap untuk turun ke sungai, dengan hanya memakai celana bahan berwarna putih. Keempat penghuni asrama Sunan Gunung Jati saling berpandangan. 

Hamzah menggeleng-gelengkan kepalanya, dengan muka sedikit masam. "Ibu, tolong selamatkan Aku!" 

Keempat pemuda itu pun turun, mereka berdiri sejajar. Kedua telapak tangan terlipat di depan dada, perlahan menutup mata, lalu menenggelamkan tubuhnya, dan hanya kepala lah yang tetap tegak. 

Atim yang sedang melakukan perjalan menuju pondok pesantren AT-TAQWA, dengan mengendarai bus umum seketika matanya melotot melihat sang istri tiba-tiba menyusul dirinya di tengah perjalanan. Ruqayah yang masih belum bisa menerima keadaan sang putra tercinta, akhirnya mengalah pada egonya.

"Ibu, hebat!" tegas Atim sambil menunjukkan jari jempolnya pada Ruqayah. 

"Ibu rindu sekali sama Hamzah, Pak!" ucap Ruqayah matanya basah. 

Begitulah Ibu.

Tuhan Ciptakan Hatinya punya dua mode 

Mudah retak, ketika orang-orang yang tersayang menyakiti 

Mudah sesak, ketika dia tidak bisa membenci orang-orang tersayang 


Lihat selengkapnya