"Hiduplah sesukamu karena sungguh engkau pasti mati. Cintailah apa yang engkau suka, karena sungguh kalian pasti berpisah. Berbuatlah sesukamu, karena sungguh engkau pasti akan mendapat (balasan) perbuatanmu itu."
_HR. Al-Baihaqi_
~~~
"Berikan aku whiskey satu botol!" perintah seorang perempuan muda di depan meja bartender. Menggebrak meja itu dengan sangat keras. Raut wajahnya terlihat penuh emosi. Berbeda dengan perempuan di sampingnya, yang berusaha untuk menenangkan sahabatnya yang tengah patah hati.
"Alisha, berhenti. Tidak seperti ini caranya, kau tidak boleh mabuk."
"Ah, aku tidak peduli! Jangan ikut campur!"
Perempuan bernama Alisha itu melepaskan genggaman tangan sahabatnya dan dengan cepat meraih sebotol whiskey dari sang bartender. Berjalan menuju sebuah sofa yang ada di pojok ruangan. Duduk terdiam sambil memerhatikan dance floor. Di mana semua orang tengah bergoyang diiringi musik berdentum-dentum memekakkan telinga.
Ah, Alisha selalu merasa nyaman saat berada di sini. Dia bisa diam dan melupakan sejenak masalahnya tadi siang. Setidaknya setelah penolakan yang dilakukan Hanan. Berita tentang dia yang ditolak pun, tetap saja tersebar. Ada yang senang, ada juga yang kaget, tapi Alisha yang paling berduka.
Sial!
Tanpa basa-basi, dia menenggak minuman beralkohol itu lewat botolnya secara langsung. Menghiraukan ucapan Kinan yang melarangnya. Untuk saat ini, biarkan Alisha mabuk. Hingga ketika dia mulai tidak fokus, seorang laki-laki datang menghampirinya. Senyum nakal tampak menghiasi bibirnya, dan dia tanpa sungkan duduk di sisi lain Alisha. Merebut sebotol whiskey miliknya.
"Hey!"
Alisha berusaha merebut botol whiskey tersebut, namun laki-laki itu malah menjauhkannya dan menyunggingkan senyum miring. Mengulurkan tangannya sebagai isyarat untuk mengajak Alisha menari. Tentu saja Alisha hanya menaikkan alisnya. Merasa heran, sebelum senyum manis terlihat di sana dan dia menerima uluran tangan itu.
Mereka berjalan menuju lantai dansa, menari di sana bersama orang-orang. Alisha yang sudah mulai mabuk, sempat mengira jika laki-laki yang ada di depan matanya adalah Hanan. Namun dia berusaha mengenyahkan pikiran itu dan membuka matanya lebar-lebar. Tidak, Hanan tidak akan pernah menginjakkan kakinya di sini.