Assalamualaikum, Cinta!

Rinaha Ardelia (Seorin Lee)
Chapter #4

Keluhan Jomlolillah

Sepasang cicak bucin itu menatapku lekat-lekat dengan tatapan hina. Mereka sengaja melanjutkan adegan mesum itu di hadapanku tanpa memedulikan status jomlolillah yang disandangku saat ini. Atau mungkin mereka melakukan adegan tidak senonoh itu sambil tertawa dan mengejekku. Karena diusia jelang lansia aku belum juga menikah. Sialan!

“Apa lihat-lihat? Puas kalian, hah?” Mendadak emosi jadinya.

Tuh, kan! Jadi sensitif banget perkara belum nikah doang. Dari pada menyaksikan kedua hewan itu memadu kasih, kualihkan saja perhatianku dengan menonton serial K-Drama. Lumayan menghibur bisa ngehalu cowok-cowok ganteng, ya, kan?

Ketika aku hendak mengambil HP, tiba-tiba muncul notifikasi pesan masuk. Eh! Oppa Koreaku nanyain kabar tuh. Auto salting nggak sih, dapat perhatian lebih dari Chandra Lee?

Hai! Bagaimana harimu, apa sangat menyenangkan?

Aku tersenyum saat membaca pesannya. Bahasanya baku dan formal sekali. Ya, maklum saja. Dia bukan pria lokal yang fasih berbahasa Indonesia. Yang tidak mengerti soal bahasa gaul ala anak-anak Jaksel.

Sehari-hari kami berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris. Lumayan, bisa melancarkan speaking walau tanpa kursus di luar. Jadi, wajar saja kalau pembicaraan kami seperti translator atau robot AI. Ya, itu tidak masalah. Yang penting dia memberi kabar saja aku sudah senang banget.

Kubalas pesannya secepat mungkin. Aku tidak ingin membuatnya menunggu terlalu lama. Takut dibilang tidak sopan karena mendiamkan chat orang kelamaan.

Kabarku baik-baik saja. Hariku tidak begitu menyenangkan karena aku sangat merindukanmu. Sayangnya, aku tidak bisa melihatmu saat ini.

Pesan keluhan terkirim ke orang yang bersangkutan. Ini bukan kode-kodean, ya. Aku memang terbiasa mengungkapkannya langsung, dan berharap dia bisa peka dengan maksud ketikanku.

Tak lama waktu berselang, HP-ku berdering panjang. Buset dah! Dia meneleponku. Kaget campur degdegan membuat HP-ku mendarat tepat di wajahku. Rasanya tuh seperti ketiban durian runtuh. Artinya, dapat rejeki. Sakit dikit nggak ngaruh, yang penting senang.

Klik!

"Halo! Benarkah kamu sangat merindukanku?" Dia menanyakan langsung sekadar memastikan.

Aku senyum-senyum sendiri mendengar suaranya.

"Iya. Apa tidak boleh?" Aku mengatakannya sambil tersipu. Kayak malu-malu kucing garong gitu. whatever-lah, ya!

"Tentu saja boleh. Aku tidak pernah melarangmu mengatakannya, kan?" kata dia. Kuyakin, dia pasti nahan ketawa saat mengatakannya.

"Benarkah? Terima kasih banyak atas pengertianmu." Ya ampun, inikah rasanya ngebucin sama orang yang disukai?

Lihat selengkapnya