Wahai engkau pemilik suara merdu itu, maafkan aku yang sudah lancang mengagumi suaramu.
_______
Aku tidak tahu apakah ini sesuatu yang direncanakan takdir, atau hanya keberuntungan ku saja. Alunan itu terasa menyita seluruh perhatianku, merdunya bacaan surah Al-kahfi sedikit memberiku ketenangan. Benar kata orang-orang, jika bagian dari Al-Qur'an bisa memberi ketenangan dan mengobati sesakit apapun hati seseorang.
Aku masih berdiri diujung masjid, dengan tidak tahu dirinya mata ini menatap seorang pria yang tengah duduk bersila, dengan Al-Qur'an dihadapan nya.
Aku rasa, dia salah satu keluarga pasien di rumah sakit, karena setiap kali aku melihatnya sholat disini.
Kagum ku sudah berlebihan, apalagi ketika andai-andaian muncul menghiasi pikiran ku.
"Andai pria itu menjadi pasangan ku."
Ya Allah, sunggu kurang ajarnya hamba berpikiran sampai kesana.
Memang, ini bukan pertama kalinya aku mendengar lantunan Al-kahfi dari pria tersebut. Sudah kali ketiga disetiap hari Jum'at aku mendengarnya. Aku hanya mendengar tanpa tahu rupa sang pembaca. Tapi aku bersyukur aku bisa mendengarkan lantunannya, karena bagaimanapun juga lantunan itu sedikit menenangkan hatiku yang tengah bergemuruh.
"Jangan terlalu lama menatapi pria itu nak, itu tidak baik."
Suara lembut itu menyentak diriku, aku terlonjak kaget ketika mendapati wanita baya tengah berdiri disamping ku, seraya menampakkan senyum manisnya. Aku salah tingkah sendiri, mencoba terlihat biasa saja, namun itu juga sia-sia. Aku tidak bisa melakukannya.
"Aku--"
Ucapan ku terpotong ketika wanita baya itu berucap.
"Ibu memperhatikan mu nak, sudah kali ketiga disetiap Jum'at ibu melihat mu melamun seraya memperhatikan pria itu, dan baru pertama kali ini ibu menegur mu. Bukan karena apa nak, ibu hanya tidak ingin kamu tergolong dalam kata zina."
Aku tertunduk, aku tahu apa kata zina yang wanita baya itu maksud. Dan aku juga merasa malu, ketika aku terpergok tengah memperhatikan seorang pria, lebih parahnya ini didalam masjid.
"Saya hanya mengagumi suaranya Bu, hati saya tenang mendengar setiap lantunan dari pria itu. Terkadang saya juga sadar, jika yang saya lakukan ini akan mendekati kata zina. Saya tahu betul itu Bu." aku tidak berani menatap wanita baya didepan ku ini. Membicarakan masalah ketenangan hati, caraku mendapatkan ketenangan sangatlah salah. Tapi, sampai detik ini hanya lantunan ayat Al-Qur'an dari pria itu yang mampu menenangkan hatiku yang tengah bergemuruh hebat.
Terkadang aku merasa sangat beruntung, sholat sudah bisa sedikit membantu ku, dan suara pria itu semakin menyempurnakannya. Tapi kembali lagi, cara ku salah. Aku tahu ini, aku tahu!
"Apakah kamu ada waktu untuk kita bicara nak?"
Aku mengerut bingung, namun tak urung juga mengangguk. Kebetulan setelah ini jam kuliah ku selesai, jadi tak ada alasan untuk menolak.
°•°•°•°•°