Assalamualaikum Cinta

Alivi Qotrun Nada
Chapter #3

Di Tengah Demo

Dia yang kau takdir kan bersamaku. Itu siapa?

_________________

Hari sudah berganti, kicauan burung terdengar merdu saling bersahutan. Tak ada manusia yang masih meringkuk diatas ranjang dengan selimut yang membungkus tubuhnya, kecuali orang-orang yang tuli akan panggilan Allah dalam shalat Subuh.

Aku langsung bergegas turun ketika aku sudah selesai dengan acara beberes ku. Kali ini aku akan berangkat lebih pagi ke rumah sakit dari pada biasanya. Maklum, hari ini adalah hari pertama ku bertemu dan melakukan bimbingan dengan dokter pembimbing.

Selama dua bulan menjadi koas di rumah sakit, selama itu pula aku belum bertemu dengan dokter yang akan menjadi pembimbing ku, sampai aku selesai menjadi koas di rumah sakit itu.

Entah hal apa yang membuat gerangan tidak bisa bertemu dan memberikanku bimbingan seperti kebanyakan dokter pembimbing lainnya.

Yang jelas aku tidak mau tahu. Lagipula, aku juga senang karena bimbingan terus saja diundur, dengan itu otakku tidak akan bekerja dengan keras lagi, dan menjadi santai untuk sementara waktu.

"Pagi Umi sayang." sapa ku, pada Umi tersayang. Wanita yang sudah mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan ku kedunia. Aku sungguh menyayanginya.

"Pagi Sya, tumben udah rapi pagi-pagi gini?" tanya Umi. Ya jelas sekali dia terkejut, pasalnya jika aku berangkat ke rumah sakit, palingan aku akan berangkat pukul 7 pagi.

Dan sekarang? Pukul 6 saja belum

Ya Allah

"Ada bimbingan Umi. Oh iya, Syasya gak usah sarapan ya, Syasya bawa bekal aja." ucapku.

Jangan heran jika aku sering dipanggil dengan nama Syasya. Itu adalah panggilan kesayangan Umi dan kakak ku.

"Enggak ah, nanti palingan gak kamu makan bekalnya. Umi itu tau ya kamu itu orangnya gimana."

Aku menyengir dihadapan Umi, memang Umi ku selalu mengerti diriku.

Apapun kebiasaan ku, Umi pasti mengetahuinya.

"Enggak deh. Syasya janji nanti bekalnya di makan. Kalau gak lupa ya hehehe." ucapku.

Umi hanya bisa melotot dan menggelengkan kepalanya. "Awas aja gak kamu makan, bekalnya."

"Iya iya Umi ku, Syasya janji akan makan bekalnya. Yaudah ya, siapin bekal Syasya. Syasya mau pesen ojek online dulu."

Aku berlalu masuk kembali ke kamar ku. Inilah kebiasaan ku, aku adalah orang pelupa, apalagi dengan hal yang menurutku tidak penting sama sekali. Misalnya, ponsel.

Sudah menjadi kebiasaan ku, jika aku akan meninggalkan ponsel ku didalam kamar, dan berakhir aku akan kembali mengambilnya.

"Ya Allah Sya, kapan sih kamu itu jadi orang yang pengingat? Capek deh bolak-balik kamar kayak gini." lirihku.

Seusai masuk dan menemukan ponsel berwarna hitam miliki ku, dengan segera aku memesan ojek online guna untuk berangkat ke rumah sakit. Dan semoga saja, ojek sudah ada sepagi ini. Pasalnya, ini masih pagi sekali.

"Alhamdulillah, untung aja dapet tuh ojek."

°•°•°•°

"Nanti belok kiri aja ya pak, biar cepet nyampainya, saya keburu telat ini." ucapku dengan sedikit berteriak.

Aku juga heran, sepagi ini jalanan sudah diramaikan dengan aksi unjuk rasa dari para pekerja buruh, yang minta kenaikan upah. Apa tidak bisakah mereka melakukan demo di siang hari? Sehingga tidak menggangu aktivitas orang-orang di pagi hari.

"Loh loh pak, kok berhenti?" tanya ku. Bapak ojek itu menoleh sekilas dan mengacungkan jarinya kedepan, dimana ada banyak segerombolan orang yang bersiap untuk aksi demonya.

"Ya Allah. Aduh pak, puter jalan aja deh."

"Aduh gak bisa mbak, dibelakang banyak kendaraan juga."

Lihat selengkapnya