"Astaghfirullaah, afwan." Aku berjongkok dan mengambil novel-novel milik seseorang yang bertabrakan denganku. Akibat dari melamun, aku jadi tidak berjalan dengan hati-hati dan berakibat bertabrakan dengan orang lain. Setelah memunguti novel-novel yang jatuh itu aku kembali berdiri.
Gadis yang tadi bertabrakan dengan aku masih setia duduk di atas rumput sembari mengadu sakit. Aku pun segera mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri. Tak menunggu lama, ia menerima uluran tangan dariku.
"Maaf, ya," ucapku setelah membantu dia berdiri.
"Maaf, juga," kata ia sembari menepuk-nepuk baju bagian belakangnya.
Aku mengangguk. "Sekali lagi aku minta maaf karena sudah membuat kamu jatuh."
Gadis di depanku sudah berhenti dari aktivitas menepuk baju bagian belakangnya yang kotor. Ia menatapku, kemudian menganggukkan kepala sembari tersenyum lebar. "Iya, enggak apa-apa, tadi juga salah aku karena jalan sambil baca novel, hehe ...."
Aku tersenyum mendengarnya. "Kamu ini, ya, kebiasaan. Oh ya, ini novel kamu." Aku berikan tiga novel yang jatuh tadi kepadanya.
"Terima kasih," ujarnya sambil mengambil alih novel dari tanganku. Detik berikutnya aku berkerut karena dia tiba-tiba memeluk erat tubuhku.
"Aku senang bisa punya sahabat sebaik kamu, Sha," katanya. Di balik niqab-ku aku tersenyum. "Makasih, ya, udah mau jadi sahabat aku yang nggak bisa diem, tapi cantik ini." Ia melanjutkan kalimatnya dan aku hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum lebar.
"Iya, aku juga bersyukur bisa bersahabat sama kamu Salwa. Udah dong, malu nih dilihatin."
Tak menunggu waktu lama, Salwa menjauhkan tubuhnya dariku. Setelah itu ia menatap sekeliling dengan gigi putihnya yang ia tampilkan. "Bukan tontonan gratis," ujar Salwa dengan ketus, seketika orang-orang yang tadinya melihat kami mengalihkan pandangan. Setelah itu Salwa mengacungkan kedua jempolnya padaku dengan senyum lebar di wajahnya.
"Dah yuk, masuk kelas. Hari ini dosen yang digantiin Pak Agus kemarin sudah masuk," ujarnya sambil menarik pergelangan tanganku untuk pergi, tapi aku menahannya.
Salwa berbalik badan, dan menatapku kembali. "Ha? Dosen baru, ya?" kataku sambil mengerutkan kening.