Assalamualaikum, Ustadz

Adella Kusuma
Chapter #19

Assalamualaikum, Ustadz 18

Proses pemakaman ayah telah selesai. Orang-orang yang tadinya ikut ke pemakaman Ayah satu per satu pulang meninggalkan tempat pemakaman ini. Namun, aku masih enggan untuk pergi. Netraku masih saja menatap ke arah papan kayu yang bertuliskan nama Ayah. Air mata juga sendari tadi luruh membasahi pipi.

"Ayah ... semoga Allah menerima segala amal baik Ayah," lirihku dengan suara bergetar. Mataku terpejam, sebisa mungkin aku menahan sesak di dada. Aku juga berusaha untuk bersabar dan tetap tegar dengan apa yang terjadi.

"Sha, udah yuk kita pulang," ujar Sarah sambil menepuk pundakku. Aku mengusap air mataku dan mengangguk.

Papan kayu bertuliskan nama Ayah aku usap kembali. "Ayah, Shasa pamit pulang dulu, ya. Shasa akan selalu mengirim Ayah dan Bunda surat Yasin nantinya. Doakan Shasa selalu ya Ayah. Maafkan Shasa, yah. Shasa pamit." Sebelum aku berdiri dan beranjak pergi, aku kirimkan terlebih dahulu surat Al-fatihah untuk ayah.

"Assalamualaikum, Ayah." Setelah itu aku, Tante Hani, Sarah dan suaminya meninggalkan tempat peristirahatan Ayah yang terakhir kalinya.

Hari ini dan seterusnya, aku harus tetap bertahan tanpa ada Bunda dan Ayah. Ya Allah kuatkan hatiku selalu.

***

"Apa kamu tidak malu masih berada di sini, hah? Setelah kamu melakukan perbuatan kotor dan membuat ayahmu meninggal. Kamu masih berani tinggal di sini, hah?" Ibu membentakku di depan banyaknya tetangga yang sedang mempersiapkan acara tahlilan Ayah nanti malam. Sungguh ini memalukan.

Aku menggeleng cepat. "Aku tidak melakukan apapun, Bu. Shasa tidak melakukan hal yang dilarang oleh agama. Itu semua salah paham," jelasku mencoba membela diri. Tanpa aku minta, air mata mulai mengalir. Ibu yang berdiri tepat di depanku tersenyum miring.

"Kami tidak ingin kampung ini menjadi buruk karena tindakan burukmu itu, Sha. Lebih baik kamu tinggalkan kampung ini." Kudengar salah satu ibu-ibu yang duduk tak jauh dari tempatku menimpali. Aku menatapnya dan menggelengkan kepala. Mengapa orang-orang langsung begitu percaya tanpa mau mendengar kenyataannya? Ya Allah kuatkan hatiku untuk menghadapi semuanya.

Lihat selengkapnya