Assalamualaikum, Ustadz

Adella Kusuma
Chapter #22

Assalamualaikum, Ustadz 21

Setelah perjalanan sekitar dua puluh menit lebih tadi akhirnya kami sampai di rumah Salwa, kini aku sudah membersihkan diri. Mataku menatap ke arah sekeliling kamar Salwa. Heran tidak aku dapati satu pun foto tentang Salwa dan Ustaz Shaka di sini. Nuansa kamar juga terkesan feminim. Namun, aku melihat jelas di ruang tamu tadi terpampang foto Salwa dan Ustaz Saka begitu dekat. Apa mungkin ini adalah kamar sewaktu Salwa belum menikah? Tapi kapan Salwa menikah? Lalu mengapa dia tidak pernah bercerita jika sebenarnya dia sudah menikah. 

Ya, Allah hatiku sakit. Apa boleh aku cemburu terhadap hamba-Mu dengan berlebihan ya Allah?

"Shasa!" Lagi dan lagi aku terkejut saat ada orang yang memanggil diriku. Pikiranku menjadi tambah kacau.

Salwa mendekat dan duduk di sampingku—di tepi kasur—. "Jangan ngalamun terus. Lebih baik kamu perbanyak zikir dari pada ngalamun," tegur Salwa dengan senyum manis. 

"Iya, Sal. Makasih, ya." Aku menjawabnya dengan singkat. 

"Kamu udah selesai mandi 'kan?" Pertanyaan dari Salwa aku beri anggukan kepala. "Kalau gitu ayo kita turun, yuk. Umi udah masak dan siapin makan malam." Mungkin sudah menjadi kebiasaan Salwa, selalu saja belum sempat aku menanggapi ucapannya tapi dia sudah lebih dulu menarik tanganku dan ikut dengannnya.

"Aku pakai cadar dulu." Aku segera memakai cadar. 

Salwa kembali mengulurkan tangannya ke arahku, aku pun menerima uluran tangannya dengan senang hati. "Ayo!" seru Salwa yang hanya aku angguki. Salwa menggandengku hingga menuju ruang makan. 

Saat masuk di ruang makan aku sudah melihat beberapa orang yang telah duduk di sana. Termasuk Ustaz Shaka. Kini jantungku kembali berdebar hebat. Oh, mungkin ini akan menjadi makan malam bersama dengannya. Astagfirullahalazim. Aku langsung menegur hatiku, tidak seharusnya aku merasa senang karena bisa merasakan makan malam bersamanya. Tidak mungkin aku merebut Ustaz Shaka dari Salwa.

"Ayo duduk sayang. Kita segera makan malam bersama." Perempuan paruh baya itu nampak begitu ramah sekali, senyum manisnya tergambar jelas di wajah.

"Kamu duduk di sini." Salwa menarikkan kursi untuk aku. 

Lihat selengkapnya