Assassins Journey : Blade Of Vengeance

Rivandra Arcana
Chapter #22

Pelarian Dari Penjara #22

Dariel memandang dua penjaga berzirah berat itu dari balik pilar tempatnya bersembunyi. Pikiran berputar cepat di kepalanya, mencari cara untuk melumpuhkan mereka tanpa memicu alarm. Namun, melihat betapa ketatnya penjagaan dan betapa kokohnya zirah mereka, ia tahu tak ada pilihan selain menyerang dengan presisi mematikan.

Ia memperhatikan celah kecil di helm mereka, tepat di bagian mata. Itu satu-satunya titik lemah yang bisa ia manfaatkan. Dengan napas tertahan, Dariel menggenggam erat belatinya, bersiap untuk bertindak.

Dariel menarik napas dalam-dalam, lalu melangkah keluar dari bayangan dengan gerakan secepat kilat. Dalam satu ayunan lincah, ia menusukkan belati tepat ke mata penjaga pertama. Penjaga itu memekik kesakitan, senjatanya terjatuh ke lantai, tetapi Dariel tak memberinya kesempatan untuk melawan. Ia segera meraih tombak penjaga itu dan menggunakannya untuk menusuk penjaga kedua yang terkejut.

"Siapa kau?!" penjaga kedua berteriak sebelum tombak Dariel menembus celah helmnya.

Kedua penjaga roboh ke lantai, darah mulai mengalir di bawah tubuh mereka. Dariel berdiri dengan napas memburu. Begitu ia menyerang, jubah transparansinya langsung kehilangan efeknya, membuatnya sepenuhnya terlihat. Tapi kini ia tak peduli. Kedua ancaman utama telah dilumpuhkan.

"Sial, jadi ini batasan yang disebutkan Lyria." Dariel segera menuju pintu sel tempat Migurd berada. Ia mengambil kunci dari salah satu penjaga yang telah tumbang, lalu membuka gembok besar yang menjaga pintu besi itu.

"Bangun. Aku di sini untuk mengeluarkanmu," Dariel berbicara pelan namun tegas.

Migurd, yang sebelumnya duduk diam di sudut sel, mengangkat wajahnya. Mata merahnya menyala dalam gelap, dan sebuah senyum samar muncul di bibirnya. "Jadi, mereka akhirnya mengirim seseorang," katanya dengan suara dalam yang tenang.

Dariel mengerutkan kening. "Nyaman dipenjara?"

"Menurutmu?" Ucap Migurd dengan suara tenang.

Migurd berdiri perlahan, tubuhnya jauh lebih besar daripada yang dibayangkan Dariel. Dengan tinggi hampir dua meter dan tanduk kecil yang mencuat dari rambut hitam pekatnya, ia terlihat lebih seperti makhluk dari legenda daripada manusia.

"Namamu siapa, bocah?" tanya Migurd sambil mendekat.

"Dariel," jawabnya singkat.

Ia melirik tubuh penjaga yang terkapar di luar sel. "Kerja bagus untuk seseorang seukuranmu."

Dariel mendengus, merasa sedikit terhina. "Jangan buang waktu. Kita harus segera keluar dari sini sebelum ada yang menyadari sesuatu."

Saat mereka keluar dari sel, Dariel melirik kunci yang tersisa di tangannya. Sebuah ide tiba-tiba muncul di pikirannya. "Tunggu," katanya sambil berjalan menuju sel-sel lain di koridor penjara.

Migurd mengangkat alis. "Apa yang kau lakukan?"

"Kekacauan," jawab Dariel datar. Ia melemparkan kunci ke dalam salah satu sel tahanan di seberang koridor. Tahanan di dalamnya, seorang pria bertubuh besar dengan bekas luka di wajahnya, langsung meraih kunci itu dengan tatapan penuh harap.

Dariel menatap tahanan itu sebentar. "Jika kau ingin bebas, buatlah kekacauan besar. Semakin banyak penjaga yang sibuk di sini, semakin mudah jalan keluar kami."

Pria itu tersenyum lebar. "Kau gila, bocah. Tapi aku suka ide itu."

Migurd tertawa kecil. "Kau penuh kejutan, Dariel."

Tahanan lainnya mulai ribut, meminta kunci untuk membuka sel mereka. Beberapa mulai meneriakkan kata-kata kasar, sementara yang lain mengetuk-ngetuk jeruji mereka dengan harapan mendapat perhatian Dariel.

"Ayo pergi," kata Dariel sambil melangkah menjauh, tak ingin membuang waktu lebih lama. Migurd mengikutinya, masih dengan ekspresi terhibur.

Saat mereka menyusuri koridor gelap, Dariel memperhatikan bahwa Migurd tampaknya sangat tenang, seolah situasi ini tidak mengganggunya sama sekali.

"Kenapa kau terlihat santai sekali?" tanya Dariel akhirnya. "Kau tahu, kita bisa mati jika salah langkah."

Migurd tersenyum tipis. "Karena aku sudah lama tak merasa bebas. Penjara ini adalah neraka yang membosankan, bocah. Jadi, apapun yang terjadi, aku sudah menang hari ini."

Lihat selengkapnya