Rovan berjalan di belakang pria berjubah hitam itu, langkah-langkahnya berat dan penuh waspada. Jalanan gang yang sempit semakin gelap, hampir tidak terlihat apa pun kecuali siluet samar bangunan di atas kepala mereka. Meskipun pria itu berjalan dengan santai, Rovan tidak bisa menghilangkan rasa curiga yang menggelayut di pikirannya.
"Siapa kau sebenarnya?" tanya Rovan, suaranya berat dan menuntut jawaban. "Dan kenapa kau begitu yakin aku akan ikut denganmu?"
Pria itu berhenti sejenak, tetapi tidak menoleh. "Aku hanya utusan," jawabnya singkat, suaranya rendah tetapi tegas. "Aku membawa pesan dari seseorang yang punya kepentingan besar terhadap nasib Dariel."
Rovan mengernyitkan dahi, tidak puas dengan jawaban itu. "Utusan dari siapa? Siapa yang kau maksud?"
Pria berjubah itu menoleh sedikit, hanya cukup untuk memperlihatkan bagian bawah wajahnya yang tertutup bayangan tudung. "Aku tidak diizinkan menyebutkan namanya. Kau tidak perlu tahu siapa dia, hanya bahwa dia ingin kau berhasil menemukan Dariel."
Rovan mendengus, jelas tidak terkesan. "Jadi, aku hanya harus percaya pada kata-katamu? Kau pikir aku ini idiot? Aku tidak kenal kau, dan aku tidak butuh bantuan orang asing."
Pria itu perlahan menoleh sepenuhnya ke arah Rovan, matanya tajam seperti elang yang menembus kegelapan. "Kau tidak harus percaya padaku, Dwarf. Tapi lihat kenyataan. Kau tidak tahu di mana Dariel sekarang, dan sendirian, kau tidak akan bertahan lama. Kau butuh arah. Aku di sini untuk memberimu itu."
Rovan terdiam, cengkeramannya pada gagang palunya semakin kuat. Kata-kata pria itu memang menyakitkan, tetapi ada kebenaran di dalamnya. Ia tidak punya petunjuk ke mana harus mencari Dariel, dan itu membuatnya frustrasi. Namun, harga diri dan rasa curiganya masih menghalanginya untuk menerima begitu saja.
"Kau bicara seolah-olah kau tahu banyak tentangku," kata Rovan tajam. "Apa kau juga tahu apa yang telah terjadi pada Dariel?"
Pria itu kembali berbalik dan melangkah lagi, seolah tidak ingin melanjutkan diskusi itu. Namun, ia berbicara tanpa menoleh. "Aku tahu cukup banyak. Dan aku tahu di mana kau bisa mulai mencarinya."
Setelah beberapa saat, mereka berdua tiba di sebuah dermaga kecil, jauh dari pelabuhan utama.
Rovan berdiri di dermaga kecil yang tersembunyi di sudut kota Velmora, memperhatikan kapal kecil dengan layar gelap yang terombang-ambing di perairan. Pria berjubah hitam itu dengan sigap naik ke atas kapal, lalu melambaikan tangan ke arah Rovan.
"Cepat, Dwarf. Kita tidak punya banyak waktu," kata pria itu dengan nada tegas namun tenang.