Assassins Journey : Blade Of Vengeance

Rivandra Arcana
Chapter #30

Si Pendek Dari Kucing Malam #30

Malam itu, suasana markas Harimau Rimba tampak lebih sunyi dari biasanya. Sebagian besar anggota sudah beristirahat, sementara Raka Tigor, seperti kebiasaannya, masih berada di ruang taktis. Meja besar yang penuh dengan peta dan dokumen strategi memenuhi ruangan, diterangi cahaya temaram dari lentera minyak. Raka duduk sambil mengamati peta, memikirkan langkah berikut untuk melindungi kelompoknya.

Ketukan pelan di pintu membuyarkan pikirannya. Tanpa menoleh, ia berteriak, "Masuk."

Pintu kayu itu berderit terbuka, dan Raka mendongak. Di hadapannya berdiri seorang gadis pendek dengan tubuh ramping, mengenakan pakaian hitam sederhana dengan aksen perak yang mencolok. Rambutnya berwarna perak terang, tergerai rapi di bahunya, sementara matanya yang merah menyala memancarkan aura dingin dan tegas.

"Aika Tsukishiro," kata Raka dengan nada datar namun penuh kewaspadaan. "Apa yang membawamu ke sini malam-malam begini?"

Aika melangkah masuk tanpa mengucapkan sepatah kata, menutup pintu di belakangnya. Dengan gerakan halus namun penuh wibawa, dia mendekati meja Raka dan berdiri di depannya.

"Aku membawa pesan," katanya dengan suara lembut namun tegas, nyaris tanpa emosi. "Informasi yang penting untuk keselamatanmu dan kelompokmu."

Raka mengerutkan kening, menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Pesan apa?"

Aika menarik secarik kertas dari sakunya dan meletakkannya di meja. Raka mengambil kertas itu, membukanya, dan membaca dengan seksama. Wajahnya yang biasanya tenang mulai menegang, rahangnya mengeras.

"Ini… informasi tentang Thalvinar?" tanyanya, masih membaca kertas itu.

"Benar," jawab Aika. "Kerajaan sihir Thalvinar telah mengetahui keberadaan Harimau Rimba. Mereka tahu markasmu ada di Nusantara, dan mereka hanya menunggu waktu yang tepat untuk menyerang. Pasukan mereka sedang dalam perjalanan."

Raka menghela napas panjang, meletakkan kertas itu kembali ke meja. Dia menatap Aika dengan mata yang tajam. "Bagaimana kau mendapatkan informasi ini?"

Aika menyilangkan tangan di dadanya. "Kami, Assassin Kucing Malam, punya mata dan telinga di mana-mana. Tidak seperti kalian, yang cenderung mengandalkan kekuatan langsung, kami bergerak dalam bayang-bayang. Informasi ini datang dari sumber terpercaya. Jika kau meremehkannya, itu adalah keputusanmu."

Raka terdiam sejenak, merenungkan apa yang baru saja didengarnya. "Kenapa kau memberitahu kami? Apa keuntungan Kucing Malam dengan membantu Harimau Rimba?"

Aika menatapnya dingin, lalu berkata, "Kucing Malam tidak peduli siapa yang menang atau kalah. Tapi jika kerajaan sihir berhasil memusnahkan satu kelompok Assassin, itu hanya akan memudahkan mereka untuk menargetkan kelompok lainnya, termasuk kami. Jadi, anggap ini peringatan dan kesempatan untuk bertahan hidup."

Raka memandang gadis itu dalam-dalam. Dia tahu bahwa Assassin Kucing Malam terkenal sulit dipercaya, tapi Aika tampaknya tidak berbicara sembarangan. Informasi ini bisa menjadi kunci untuk menyelamatkan kelompoknya dari kehancuran.

"Baik," kata Raka akhirnya. "Aku akan mempercayai informasi ini. Apa ada saran dari pihakmu tentang bagaimana kami harus menghadapi ancaman ini?"

Aika tersenyum tipis, nyaris tidak terlihat. "Saran dari kami? Bertahan hidup. Itu saja. Sisanya adalah urusanmu sendiri."

Lihat selengkapnya