Sudah beberapa hari terakhir, Dariel mulai menarik diri dari kebiasaan baru yang ia bangun bersama Wira dan Adra. Setelah latihan usai, dia tidak lagi terlihat bergabung dengan mereka di bar atau bercanda seperti biasanya. Sebaliknya, Dariel lebih sering menghabiskan waktu sendirian di tengah hutan, membawa berbagai peralatan seperti logam, tali, dan kayu.
Para Assassin Harimau Rimba tentu menyadari perubahan ini. Gosip tentang apa yang dilakukan Dariel di hutan pun mulai menyebar.
"Aku dengar dia sedang membuat panah rahasia," bisik seorang Assassin saat sedang bersantai di aula.
"Panah rahasia? Yang benar saja. Menurutku dia sedang membuat jebakan," kata seorang wanita Assassin sambil memutar-mutar pisaunya.
"Tidak, tidak, aku pernah lihat dia membawa mekanisme hidden blade. Tapi sepertinya dia memodifikasinya," timpal yang lain, mencoba terdengar lebih tahu.
Pembicaraan ini akhirnya sampai juga ke telinga Aika Tsukishiro, gadis pendek dari Assassin Kucing Malam. Dengan rambut peraknya yang berkilauan di bawah cahaya bulan dan mata merahnya yang mencolok, Aika mendengarkan obrolan itu tanpa menunjukkan ketertarikan yang jelas. Tapi jauh di dalam hatinya, rasa penasaran mulai muncul.
"Senjata baru, ya?" gumamnya pelan.
Malam itu, langit tampak gelap dengan bintang-bintang berkilauan. Aika, dengan langkah ringan yang nyaris tak bersuara, menyelinap ke tengah hutan. Melompat dari satu cabang ke cabang lain, dia akhirnya menemukan Dariel di bawah pohon besar.
Di bawah sana, Dariel tampak sibuk mengenakan sesuatu di lengannya. Aika memiringkan kepala, matanya menyipit untuk melihat lebih jelas.
"Itu bukan hidden blade biasa," gumam Aika sambil tetap bersembunyi di atas ranting pohon.
Dariel, yang tidak menyadari keberadaan Aika, menarik tuas kecil di senjatanya. Sebuah anak panah kecil melesat dengan kecepatan tinggi, menancap tepat di tengah target yang ia gambar di batang pohon.
Aika tersenyum kecil, tetapi rasa isengnya mulai muncul. Dengan gerakan cepat, ia merogoh kantong kecil di pinggangnya, mengeluarkan sebuah kunai. Ia melempar kunai itu dengan presisi sempurna, membidik tanah di depan Dariel.
Kunai itu melesat dan menancap hanya beberapa sentimeter dari selangkangan Dariel.
Dariel terlonjak, matanya membelalak ketakutan. Ia langsung berdiri, wajahnya pucat pasi. "Siapa di sana?!" serunya sambil memegang senjatanya.
Dari atas ranting pohon, Aika melompat turun dengan tenang. Langkahnya ringan, dan ekspresinya tetap datar seperti biasa.
"Kau hampir membuatku kehilangan masa depanku!" Dariel berteriak, separuh marah dan separuh gemetar.
Aika mengangkat bahu. "Refleks. Kau terlalu fokus pada targetmu, jadi aku hanya ingin mengetes reaksi cepatmu."
"Mengetes reaksi cepatku? Kau hampir membuatku pingsan!" Dariel memprotes dengan suara meninggi. Ia menunjuk kunai yang masih tertancap di tanah.