Kalender Naga Tahun 200, Bulan 2, Tanggal 11
Angin dingin pagi itu bertiup lembut di Pulau Orivale. Zorath berdiri di balkon ruangannya, menikmati pemandangan laut yang tampak tenang. Di tangannya, segelas teh hangat menguarkan aroma khas daun-daun herbal dari kebun Orivale. Namun, ketenangan itu segera terganggu ketika seorang Assassin muda mengetuk pintu dengan tergesa-gesa.
"Masuk," ujar Zorath dengan suara tenang, tetapi matanya tajam menatap Assassin yang baru saja masuk.
Assassin itu, seorang pemuda bernama Calem, segera memberi hormat dan berkata, "Burung gagak tiba, Ayah. Pesan dari Ael Nocturne di Rookhaven."
Zorath menaruh cangkir tehnya ke meja, kemudian mengangguk pelan. "Bawa ke sini."
Calem memberikan gulungan kecil yang diikat dengan benang hitam. Ada simbol burung hantu di segelnya, lambang kelompok Assassin Burung Hantu. Zorath mengambil gulungan itu, membuka segel, dan membaca isi pesan dengan seksama.
Ekspresi wajah Zorath yang awalnya tenang perlahan berubah serius. Alisnya mengernyit, dan rahangnya mengeras. Setelah membaca isi pesan itu hingga selesai, ia menggulung kembali surat tersebut dan berdiri dalam diam selama beberapa detik.
"Berita buruk, Ayah?" tanya Calem hati-hati.
Zorath mengangguk. "Rookhaven sedang dalam masalah besar. Kerajaan Thalvinar telah mengepung pulau mereka dengan 30 kapal perang."
Mendengar itu, Calem terkejut. "Tiga puluh kapal? Apa mereka berniat menghancurkan seluruh pulau?"
"Bukan hanya itu," Zorath melanjutkan dengan nada berat. "Ael Nocturne mengatakan bahwa musuh sudah berhasil mengekspos lokasi dan medan sekitar Rookhaven. Itu membuat para Assassin di sana sulit untuk bergerak. Strategi Thalvinar kali ini jauh lebih matang."
Calem tampak gelisah. "Apa yang harus kita lakukan, Ayah? Haruskah kita mengirim bantuan?"
Zorath menatap jauh ke arah cakrawala, memikirkan langkah apa yang harus diambil. "Panggil semua pemimpin regu Elang Langit ke aula pertemuan. Kita perlu segera merumuskan rencana."
Aula besar di Orivale dipenuhi oleh para Assassin Elang Langit. Para pemimpin regu, dan bahkan para tetua Assassin dari kelompok lainnya yang kebetulan sedang berada di Orivale, berkumpul di ruangan itu. Udara tegang, suara bisik-bisik memenuhi ruangan. Semua mata tertuju pada Zorath, yang berdiri di ujung meja panjang dengan wajah yang tak menunjukkan emosi.
Zorath mengetuk meja sekali, cukup keras untuk membungkam semua pembicaraan. "Kalian semua tahu alasan kita berkumpul di sini," suaranya tenang tapi penuh kewibawaan. "Rookhaven telah dikepung. Assassin Burung Hantu dalam bahaya, dan kemungkinan besar, mereka sudah kalah."
Kata-kata itu seperti palu godam yang menghantam suasana. Banyak yang tampak terkejut, beberapa bahkan langsung bereaksi emosional.
"Apa maksudmu, Ayah?" salah seorang pemimpin regu, seorang pria berambut merah bernama Halric, bangkit dari kursinya. "Kita tidak akan membantu mereka?"