Assassins Journey : Blade Of Vengeance

Rivandra Arcana
Chapter #40

Di Balik Layar #40

Dariel menyandarkan tubuhnya ke kursi kayu yang dingin, matanya masih menatap curiga ke arah gubernur Edwie. Di sampingnya, Calem duduk dengan posisi waspada, siap bereaksi jika ada tanda-tanda ancaman.

Di seberang meja, seorang penyihir tua dengan jubah kelabu yang sudah lusuh mengusap janggutnya yang panjang. Ia tampak tenang, meski kerutan di wajahnya menunjukkan bahwa ia telah hidup cukup lama untuk menyaksikan banyak kehancuran.

"Mohon maaf karena telat memperkenalkan diri. Aku adalah Edwie, gubernur kota Caelora." Ucap Edwie sambil sedikit membungkuk.

"Namaku Orwain," kata penyihir itu akhirnya, suaranya dalam dan berat. "Aku pernah menjadi penasihat raja Tharvion."

Mata Dariel menyipit. Ia sudah menduga penyihir-penyihir tua di Caelora memiliki hubungan dengan kerajaan Thalvinar, tapi mendengar pengakuan itu tetap membuatnya tidak nyaman.

"Kau bekerja untuk raja tiran itu?" suara Dariel dingin.

Orwain menghela napas. "Aku melayani kerajaan, bukan sang raja. Aku berada di dalam istana sebelum Tharvion naik takhta. Aku menyaksikan sendiri bagaimana ia merebut kekuasaan dengan sihir hitamnya, bagaimana ia menciptakan ketakutan dan kepatuhan di antara para bangsawan."

Calem bertanya, "Jika kau tahu dia seorang tiran, kenapa kau tidak melakukan apa pun sejak awal?"

"Aku mencoba," jawab Orwain lirih. "Tapi aku hanyalah seorang penyihir tua, bukan prajurit, bukan pemberontak. Aku tidak bisa melawan sendirian."

Dariel menahan diri untuk tidak mencemooh. Ia tahu bahwa banyak orang yang mengaku ‘menentang kezaliman’ tetapi tetap duduk diam di kursinya ketika kezaliman itu terjadi.

Orwain menatap Dariel dengan tajam, seolah bisa membaca pikirannya. "Jangan salah paham, anak muda. Aku tidak berdiam diri. Aku mengumpulkan informasi, membangun jaringan, mencoba mencari jalan untuk menjatuhkan Thalvinar dari dalam."

Gubernur Edwie menyela. "Dan itulah kenapa Caelora ada seperti sekarang. Bukan karena ketundukan, tapi karena strategi."

"Strategi?" Dariel tertawa kecil, tetapi tidak ada humor dalam suaranya. "Jadi kau bilang dengan tidak berbuat apa-apa, kalian sebenarnya sedang melawan?"

Edwie menatapnya tanpa ekspresi. "Kami tidak diam. Kami menunggu waktu yang tepat."

Dariel mendengus, tetapi sebelum ia bisa berbicara lagi, Orwain melanjutkan.

"Raja Tharvion menginginkan perang," kata penyihir tua itu, "bukan hanya untuk menaklukkan wilayah baru, tapi juga untuk sesuatu yang lebih besar. Sesuatu yang bahkan para Assassin mungkin tidak sadari."

Dariel mengerutkan kening. "Dan kau mengklaim tahu apa yang terjadi?"

Orwain mengangguk. "Aku tidak tahu semuanya, tapi ada satu hal yang pasti. Perang ini bukan hanya tentang kekuasaan, tetapi juga tentang sesuatu yang tersembunyi di dalam sistem pemerintahan Thalvinar. Jika kita hanya menggulingkan Tharvion tanpa memahami sistem yang menopangnya, maka yang akan terjadi hanyalah tiran baru yang menggantikannya."

Dariel masih tidak yakin. "Kau ingin mengatakan bahwa sistemnya lebih berbahaya daripada orangnya?"

"Ya," jawab Orwain tegas. "Jika kau ingin benar-benar mengakhiri kekuasaan Thalvinar, kau tidak bisa hanya membunuh raja. Kau harus meruntuhkan fondasi yang menopangnya."

Calem bersandar ke belakang. "Dan kau ingin kami melakukannya dengan cara yang… lebih halus?"

Orwain mengangguk. "Alih-alih mengobarkan perang besar yang akan menghancurkan lebih banyak nyawa, kita bisa menyusup. Mengganti elemen-elemen di dalam pemerintahan, merusak kepercayaan para pejabat tinggi terhadap Tharvion, dan akhirnya membuatnya jatuh dari dalam."

Lihat selengkapnya