Assassins Journey : Blade Of Vengeance

Rivandra Arcana
Chapter #41

Pertemuan Tak Terduga #41

Dariel mengeratkan jubahnya saat udara malam menyelimuti Caelora. Kota ini terlalu damai, terlalu tenang. Bukan seperti wilayah lain di bawah kendali Thalvinar. Ada sesuatu yang salah di sini, tapi bukan sesuatu yang dikatakan oleh Edwie.

Langkahnya membawanya ke hutan di pinggiran kota. Tanpa pikir panjang, ia memanjat salah satu pohon besar, rantingnya kokoh dan cukup tinggi untuk memberinya pandangan luas ke sekeliling. Begitu mencapai cabang yang nyaman, ia duduk, menyandarkan punggungnya ke batang pohon, lalu menatap langit malam yang gelap.

Pikiran-pikiran berputar di kepalanya.

"Assassin memiliki dua faksi? Zorath tidak sepenuhnya berkuasa? Seseorang setara dengannya bermain dalam bayangan? Omong kosong apa ini?"

Ia mengusap wajahnya, merasa lelah.

"Jika benar ada seseorang yang setara dengan kakek… siapa dia? Dan mengapa aku tidak pernah mendengar tentang dia sebelumnya?"

Matanya menerawang ke atas. Cahaya bintang samar tertutup oleh ranting-ranting pohon. Semuanya terasa kacau. Rookhaven telah runtuh, Ael Nocturne tertangkap, dan sekarang seseorang mencoba menanamkan keraguan di dalam dirinya.

Ia mengepalkan tangan.

"Aku seorang Assassin," gumamnya pelan. "Dan Assassin tidak meragukan jalannya sendiri."

Namun, meskipun ia mengatakan itu, ada bagian dari dirinya yang tidak bisa menyangkal bahwa kemungkinan itu ada. Jika Assassin benar-benar terpecah, maka siapa yang bisa ia percaya?

Dariel masih tenggelam dalam pikirannya ketika tiba-tiba suara familiar menyapa dari bawah pohon.

"Kau kelihatan seperti banyak pikiran, nak. Mau rokok?"

Dariel menoleh ke bawah dengan cepat, matanya menyipit untuk menyesuaikan dengan kegelapan. Di sana, berdiri seseorang dengan tubuh tegap, pedang yang tergantung di pinggang, dan jubah khas yang sudah terlalu sering ia lihat di masa lalu.

Jantungnya hampir berhenti sesaat.

Dariel membeku. Itu tidak mungkin. Kaelen telah lama menghilang sejak mereka berpisah di Drakmor. Sejak mereka berdua berlari ke arah yang berbeda dalam misi yang berakhir dengan kekacauan. Sejak ia terlempar ke Pulau Nusantara oleh blackhole misterius Amerta.

Namun, orang itu berdiri di sana. Dengan ekspresi santai seperti biasa, tangan terulur menawarkan sebatang rokok.

"Kau masih hidup," kata Dariel akhirnya, suaranya datar namun penuh makna.

Kaelen menyeringai. "Dan aku juga tidak menyangka akan bertemu bocah keras kepala sepertimu di sini."

Dariel melompat turun dari cabang pohon dengan lincah, mendarat tepat di depan Kaelen. Ia menatap pria itu dengan mata penuh emosi campur aduk. Marah, terkejut, dan… mungkin sedikit lega.

"Bagaimana kau bisa ada di sini?" tanyanya, penuh kecurigaan.

Kaelen tidak langsung menjawab. Ia hanya mengangkat bahu dan menggigit rokoknya. Dengan gerakan santai, ia menyalakan api kecil di ujungnya menggunakan korek, lalu menarik napas panjang sebelum menghembuskan asap ke udara.

Lihat selengkapnya