Assassins Journey : Blade Of Vengeance

Rivandra Arcana
Chapter #42

Perpecahan, Penghianatan #42

Dariel masih menatap tato itu dengan perasaan campur aduk. Harimau Rimba adalah bagian besar dari perjalanannya selama di Pulau Nusantara. Raka Tigor, Wira, Adra, Arka, Aika dan para Assassin lainnya. Mereka adalah keluarganya di sana. Dan sekarang Kaelen juga bagian dari mereka?

“Tapi bagaimana…?” Dariel mulai bertanya, tapi Kaelen mengangkat tangan, menghentikannya.

“Aku akan menjelaskannya, tapi ada sesuatu yang lebih penting,” Kaelen menarik napas dalam. “Aku membawa kabar buruk.”

Dariel merasakan hawa dingin merayap di tulang punggungnya. “Kabar apa?”

Kaelen menatap lurus ke mata Dariel, lalu berkata dengan suara pelan namun tajam, “Zorath dan Raka Tigor… mereka sudah mati.”

Jantung Dariel serasa berhenti berdetak.

“Apa…?” suaranya nyaris berbisik.

Kaelen mengangguk. “Kami menemukan mayat Raka Tigor beberapa minggu lalu, tapi keadaannya aneh… Tidak ada tanda perlawanan berarti, tidak ada jejak Assassin lain, tapi juga tidak seperti serangan biasa. Seolah-olah dia mati karena sesuatu yang tidak bisa ia lawan sama sekali.”

Dariel mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. Raka Tigor bukan orang yang bisa dibunuh dengan mudah. Ia adalah pemimpin Harimau Rimba, seorang petarung luar biasa yang dihormati banyak orang.

“Dan Zorath?” Dariel bertanya, suaranya nyaris bergetar.

Kaelen menggeleng. “Tidak ada yang tahu pasti bagaimana dia mati. Yang kami tahu, kabar itu datang dari Orivale sendiri. Assassin Elang Langit sudah kehilangan pemimpinnya.”

Dariel menundukkan kepalanya.

Kakeknya… mati?

Tidak, itu tidak masuk akal. Zorath adalah Ayah bagi semua Assassin. Dia adalah sosok yang paling kuat, paling bijaksana… bagaimana mungkin dia bisa mati begitu saja?

Kaelen menatap Dariel dengan ekspresi yang sulit ditebak. “Aku tahu ini berat. Tapi dengarkan aku baik-baik. Kematian mereka berdua bukan kebetulan. Ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi, sesuatu yang kita belum pahami.”

Dariel menggertakkan giginya. “Siapa yang melakukannya?”

“Itulah masalahnya,” Kaelen menjawab. “Kami belum tahu. Tapi satu hal yang pasti… ada pengkhianat di antara kita.”

Kaelen menghela napas panjang sebelum akhirnya berbicara.

"Perang sudah berkobar, Dariel," katanya dengan suara berat. "Kurang lebih satu bulan ini, para Assassin bertempur di pusat kerajaan Thalvinar."

Dariel terdiam, merasakan dadanya mengencang. "Satu bulan…?"

Kaelen mengangguk. "Setelah kematian Zorath dan Raka Tigor, dunia Assassin terpecah. Tidak ada pemimpin yang bisa menyatukan kita sepenuhnya. Tapi meskipun begitu, mereka tetap bergerak. Assassin dari Harimau Rimba, Serigala Bulan, Kucing Malam, Ular Viper, semuanya telah terlibat dalam perang ini. Bahkan sisa-sisa Assassin Burung Hantu yang masih hidup ikut bertempur. Mereka tidak bisa mundur lagi."

Dariel menatap tanah, pikirannya bercampur aduk.

"Lalu… siapa yang memimpin sekarang?" tanyanya dengan suara yang lebih pelan.

Lihat selengkapnya