Assassins Journey : Blade Of Vengeance

Rivandra Arcana
Chapter #47

Berkat Dewa Perang #47

Di tengah reruntuhan benteng yang terbakar, Jarl Hrothgar mengangkat kapaknya tinggi. Darah menetes dari bilah senjatanya, bukan hanya darah musuh, tetapi juga darah saudara-saudara Viking yang gugur. Namun ia tidak bersedih, tidak meratapi yang mati.

Bagi seorang Viking, kematian dalam pertempuran adalah kehormatan tertinggi.

Di hadapannya, pasukan penyihir mulai mundur. Mereka melihat bagaimana para Viking tidak takut akan kematian, bagaimana mereka tetap bertarung meskipun tubuh mereka telah robek dan terbakar. Itu adalah sesuatu yang tidak bisa dipahami oleh kaum penyihir, yang selalu mengandalkan strategi dan kekuatan sihir mereka.

"MEREKA MUNDUR! JANGAN BIARKAN MEREKA LARI!!" Hrothgar menggeram, suaranya bergemuruh seperti petir di langit.

Mata birunya menyala liar, napasnya memburu penuh amarah.

Ia melihat beberapa penyihir yang mengenakan jubah emas dan hitam mulai berlari menuju bagian dalam benteng.

Panglima Viking itu tidak berpikir dua kali.

Ia berlari, menendang seorang penyihir yang masih merapal mantra, lalu melompat ke atap rumah-rumah yang terbakar.

Tap! Tap! Tap!

Bunyi sepatu bot besinya menghantam atap yang mulai runtuh. Di bawahnya, para Viking terus bertarung melawan pasukan sihir Thalvinar.

Tapi mata Hrothgar hanya tertuju pada satu hal, para penyihir pengecut yang melarikan diri.

Mereka melompat dari satu atap ke atap lainnya, memanjat dinding-dinding tinggi dengan bantuan sihir levitasi.

Hrothgar mengeram.

"Kalian pikir bisa lolos dariku?!"

Ia menambah kecepatan. Tubuh besar dan beratnya seharusnya membuatnya lebih lambat dari musuh, tetapi pengalamannya sebagai pejuang lebih dari dua dekade membuatnya mampu membaca gerakan mereka.

Ia menunggu saat yang tepat.

Satu penyihir melompat ke atap yang lebih rendah…

Dan Hrothgar melompat lebih tinggi!

Di udara, ia mengangkat kapaknya, sementara mantranya mulai dirapal.

"Fulgor Mjölnir!!"

Bilah kapaknya bersinar biru terang, percikan petir meledak dari ujungnya.

BRAAAKKKK!!

Kapak Hrothgar menghantam tanah dan mengeluarkan gelombang kejut listrik ke segala arah.

Puluhan penyihir terhempas ke udara, tubuh mereka mengejang karena disambar petir. Mereka menjerit, tubuh mereka terbakar dari dalam, mata mereka melebar sebelum jiwa mereka benar-benar lenyap.

Panglima Viking berdiri di tengah kepulan asap dan tubuh yang menghitam.

Di mata pasukan penyihir lainnya, ia bukan lagi manusia, ia adalah dewa perang yang turun ke dunia.

Hrothgar berdiri di tengah reruntuhan, kapaknya masih berkilauan oleh percikan petir yang belum padam.

Di hadapannya, berdiri seorang pria berjubah ungu gelap, dengan lambang mata ketiga bersinar di dahinya. Jenderal Penyihir Thalvinar.

Rambutnya panjang berwarna perak, matanya memancarkan sinar kebiruan yang tajam. Jubahnya berkibar diterpa angin pertempuran, dan di sekelilingnya, energi sihir yang murni berputar seperti badai yang tak terlihat.

Hrothgar menyeringai. Gigi-giginya yang putih kontras dengan janggutnya yang penuh darah dan abu.

"Apakah kau percaya pada reinkarnasi?" tanyanya santai, suaranya rendah, seperti gemuruh petir yang sedang menunggu untuk meledak.

Jenderal penyihir itu menyipitkan mata.

Lihat selengkapnya