Assassins Journey : Blade Of Vengeance

Rivandra Arcana
Chapter #48

Distorsi Sihir #48

Dentingan petir meledak di langit, menggetarkan medan perang dengan cahaya biru keunguan yang membelah kegelapan. Dariel, yang tengah melintasi medan pertempuran, menoleh ke arah kastil di kejauhan. Seberkas kilat menyambar menara batu, disusul oleh gelombang energi yang mengguncang tanah di bawahnya.

Tanpa ragu, ia melesat menuju sumber kekacauan itu, melompati mayat-mayat yang berserakan dan menghindari pertarungan yang terus berkecamuk di sekelilingnya. Pedang beradu, sihir meledak, dan teriakan perang Viking menggema di udara.

Saat mencapai reruntuhan dekat kastil, Dariel melihat seorang Viking, tubuhnya berlumuran darah dan napasnya tersengal, berdiri dengan sisa tenaga di hadapan sosok berjubah hitam dengan mata berkilau penuh kebencian.

Seorang jenderal penyihir Thalvinar.

Mata Dariel menyipit. Ia tidak mengenali Viking itu, tetapi tahu betul bahwa penyihir yang berdiri di hadapannya bukanlah lawan biasa.

Tanpa berpikir panjang, Dariel menarik busurnya. Dalam satu gerakan cepat, ia meluncurkan anak panah sambil berlari. Ujungnya yang tajam berpendar dalam cahaya bulan, menembus udara sebelum akhirnya, panah itu menghantam bahu sang jenderal, membuatnya tersentak ke belakang. Sang Viking yang hampir tumbang menatapnya dengan mata sedikit melebar, seolah tak percaya pada kehadirannya.

Jarl Hrothgar, tangannya yang berkerut mencengkeram gagang kapaknya lebih erat saat matanya terpaku pada sosok pemuda berambut hitam yang baru saja tiba. Ada sesuatu yang aneh, sesuatu yang membawanya ke masa lalu.

"Zorath..." Ucapnya dalam hati.

Jenderal penyihir itu merintih, mencabut panah dari bahunya dengan ekspresi marah. Luka itu bukanlah sesuatu yang mematikan, tetapi cukup untuk mengganggu aliran sihirnya.

Dariel tak memberi kesempatan. Ia segera menyerbu, menarik belatinya dan mengayunkannya ke arah lawan.

Namun, sebelum bilahnya bisa mengenai kulit sang penyihir, sebuah ledakan energi meledak di udara.

Gelombang kejut menghantam Dariel, melemparkannya ke belakang. Tubuhnya menghantam tanah, menciptakan debu yang mengepul di sekitarnya.

Dari balik asap, sang jenderal bangkit dengan mata menyala penuh kebencian.

"Manusia bodoh," gumamnya, mengangkat satu tangan ke langit. Awan-awan berputar dengan cepat, membentuk pusaran petir yang menggelegar di langit malam.

"Kau pikir serangga sepertimu bisa melukaiku?" Ujung jarinya berpendar, dan dalam hitungan detik, tombak petir melesat turun, menghantam tempat Dariel tergeletak.

Jarl Hrothgar yang menyaksikan itu dari jauh merasa sesak di dadanya.

"Tidak..." bisiknya.

Kilatan cahaya menyilaukan memenuhi pandangannya, disusul suara ledakan yang mengguncang tanah.

Asap pekat membubung, menelan Dariel sepenuhnya.

Sunyi.

Sesaat yang terasa seperti keabadian.

Sang jenderal menyeringai, yakin bahwa Dariel telah musnah. Namun, saat asap perlahan menghilang, matanya membelalak.

Tidak ada tubuh terbakar. Tidak ada darah.

"Di belakangmu."

Mata penyihir itu melebar.

Sebuah belati melesat ke arah lehernya, menggores kulitnya dengan presisi mengerikan. Dariel berdiri di belakangnya, napasnya stabil, matanya tajam seperti pisau.

Jenderal itu terhuyung ke depan, tangannya terangkat ke luka tipis di lehernya. Itu bukan serangan mematikan, tetapi cukup untuk memberinya peringatan. "Kau... bagaimana bisa?"

Dariel hanya menyeringai kecil, mengingat sebuah kejadian saat berada di Nusantara.

"Kau yakin ingin latih tanding denganku?" suara Aika terdengar datar, nyaris tak beremosi.

Dariel meneguk ludah. Ia tahu Aika bukan lawan sembarangan—ia seorang Assassin dari Kucing Malam, yang terkenal dengan kecepatan dan kelicikannya. Tapi rasa ingin tahunya mengalahkan rasa takutnya.

"Aku harus mencoba," jawab Dariel dengan mantap. "Aku ingin tahu seberapa cepat kau sebenarnya."

Aika tak menjawab. Sebagai gantinya, ia menghilang.

Sebuah kilatan bayangan melintas di antara cahaya obor. Dariel terkejut, Aika sudah menghilang dari pandangannya. Refleksnya menegang, mencoba menebak arah serangan berikutnya.

Lihat selengkapnya