Assassins Journey : Blade Of Vengeance

Rivandra Arcana
Chapter #50

Rahasia Sang Penghianat #50

Tharvion Dreylorn berdiri di atas puing-puing istananya yang kini porak-poranda, jubah ungunya berkibar diterpa angin malam yang membawa bau darah dan kehancuran. Matanya menyala dengan cahaya sihir yang berdenyut ganas, menandakan kemarahan dan keangkuhannya. Dariel, terhuyung di atas lantai batu yang retak, merasakan tubuhnya berat, seakan ada beban tak kasatmata yang menindihnya, membuatnya sulit bergerak.

Itu adalah kekuatan Tharvion, Sihir Penekanan Absolut.

Sebuah sihir yang menekan keberadaan lawannya, membuat mereka lemah dan tak berdaya.

“Seorang manusia biasa sepertimu, tanpa sihir, berani menantangku?” suara Tharvion bergema, penuh ejekan. “Kau hanya seekor serangga yang berusaha melawan badai.”

Dariel menggertakkan giginya, tangan kanannya berusaha meraih belatinya, tetapi tubuhnya bahkan sulit digerakkan. Ia bisa merasakan cengkraman tak kasatmata yang mulai menariknya ke udara, lalu menghantamnya ke tanah dengan brutal.

BRUGG!

Udara seakan keluar dari paru-parunya saat tubuhnya membentur lantai marmer yang sudah penuh retakan. Dariel ingin bangkit, tetapi sebelum ia bisa menggerakkan tubuhnya lagi, ia kembali dihempaskan ke udara dan dijatuhi dengan keras.

BRUGG!

Tulang-tulangnya terasa seperti ingin remuk. Dariel mendengar suara Hrothgar berteriak di kejauhan, tetapi ia tak mampu mengalihkan pandangannya dari Tharvion yang kini berjalan perlahan mendekatinya.

"Aku akan mati seperti ini?"

Bibirnya yang berdarah menyunggingkan senyum. Tangannya yang lemah bergerak dengan hati-hati, menarik seutas senar tipis yang tersembunyi di pergelangan bajunya.

Tali busur halus yang disembunyikan dalam lengan bajunya, dengan anak panah telah ia lumuri dengan Racun Kelumpuhan dari Harimau Rimba, racun yang tak mematikan, tetapi cukup untuk membuat tubuh seseorang lumpuh dalam waktu singkat.

Tharvion mendekat. Saat itu jugalah Dariel menarik tali busur dengan kekuatan terakhirnya, meluncurkan anak panah kecil yang nyaris tak terlihat ke arah leher Tharvion.

SREETT!

Tharvion bahkan tidak sempat bereaksi. Anak panah itu menembus kulitnya dan menyuntikkan racun ke dalam aliran darahnya. “ARGH—!!”

Sejenak, sihirnya buyar.

Dariel merasakan tubuhnya terlepas dari cengkraman tak kasatmata itu. Ia jatuh ke tanah, tetapi kali ini, ia sudah siap. Saat tubuhnya hampir menyentuh lantai, ia memutar tubuhnya di udara dan mendarat dengan satu lutut.

Tharvion menyentuh lehernya, matanya membelalak saat merasakan racun yang mulai melumpuhkan tubuhnya.

“Kau…!”

Dariel tak membuang waktu. Dengan kecepatan seorang Assassin, ia mencabut busurnya dan langsung melepaskan satu anak panah ke arah Tharvion.

Anak panah itu melesat cepat dan menghantam bahu sang raja, membuatnya mundur selangkah.

Tetapi Dariel belum selesai.

Dengan seluruh kekuatan yang tersisa, ia berlari secepat mungkin ke arah Tharvion, melewati reruntuhan dan genangan darah yang membasahi lantai istana.

Tharvion mencoba mengangkat tangannya, mencoba merapal sihir, tetapi tubuhnya sudah kehilangan kendali. Racun itu bekerja cepat, memperlambat reaksinya.

Dan saat itu jugalah Dariel tiba di hadapannya.

Dalam satu gerakan cepat, Dariel langsung menikam leher Tharvion Dreylorn dengan hidden blade.

Mata Tharvion membelalak, bibirnya terbuka seakan ingin mengatakan sesuatu, tetapi hanya darah yang mengalir dari mulutnya. Tangannya terangkat, gemetar, sebelum akhirnya jatuh lemas ke sisinya.

Dariel mendorong tubuh Tharvion ke belakang, membiarkan sang raja terjatuh ke tanah dalam kesunyian.

Keheningan menyelimuti istana yang hancur. Angin malam berhembus membawa debu dan aroma besi dari darah yang tertumpah. Dariel berdiri di tengah reruntuhan, napasnya berat, darah mengalir dari luka-luka di tubuhnya.

Hrothgar berlutut tidak jauh dari sana, tubuhnya penuh luka, tetapi ia menyaksikan kejadian itu dengan mata yang tak berkedip.

Akhirnya.

Akhir dari seorang raja yang telah membawa penderitaan bagi dunia.

Dariel mencabut belatinya dari leher Tharvion dan membersihkannya dengan pakaian raja yang kini basah oleh darahnya. Ia memandang tubuh tak bernyawa itu untuk beberapa detik, seakan memastikan bahwa Tharvion benar-benar sudah mati.

Lihat selengkapnya