Assimilation Halley

astreilla
Chapter #1

di festival matahari


Sihir berasal dari bintang-bintang katanya. Peradaban nun jauh dari ruang waktu yang diketahui manusia. Pada suatu malam yang ditakdirkan, bintang-bintang menghujani langit. Kemudian sekonyong-konyong dunia yang mereka ketahui disusun ulang. Manusia adalah alam semesta itu sendiri, pungkas mereka akhirnya. Kita adalah bintang. Kita adalah sihir. Kita adalah segala kemungkinan yang ada dan akan ada. Sayangnya mereka lupa hal yang paling penting.  

–Tahun tidak diketahui

Rekaman monolog penyihir Bintang Jatuh

***

Mereka bilang aku agak sinting. Dengan tegas aku bantah, bukan agak, tapi sangat. Sulit dibayangkan bagaimana jadinya diriku tanpa segala kesintingan yang sudah familiar ini. Aku yang normal barangkali bukan aku lagi. Tentu, jangan salah kira. Ini bukan semacam pernyataan seseorang yang memeluk kegilaannya, bukan. Akhir-akhir ini aku hanya merasa lelah dan kacau.

Semua yang telah kulakukan berakhir berantakan. Sihirku melemah dan kadang mengacau seperti bom gila. Berkat itu, tentu saja aku dipecat dari pekerjaan yang sudah susah-susah kudapat dan berakhir terdampar di jalanan. 

Untungnya, ini adalah minggu festival matahari. Jalan-jalan dan gang di ibukota ini telah dipenuhi penerangan kuning kenari cerah. Lentera berbentuk bintang yang agak membulat digantung di mana-mana. Layaknya festival, berbagai gerai terbuka lebar sejauh mata memandang. Dimulai dari aneka ragam stan makanan, aksesoris antik yang tidak diketahui apakah imitasi atau bukan, bergulung-gulung kain mulai dari yang polos sampai motif unik dari seluruh dunia, hingga kedai tenda mencurigakan yang tidak tampak menjual apapun di sana. Hanya ada kursi, meja, dan beberapa orang yang sering bicara sambil berbisik-bisik. 

Perkumpulan semacam itu biasanya hanya memiliki tiga kemungkinan. Pertama, itu adalah tenda ahli ramal yang sedang menjajakan kemampuannya untuk memperoleh pendapatan lebih (aku bahkan pernah menjadi salah satunya dulu sekali). Kedua, lagi-lagi itu adalah milik ahli psikis yang menguasai bidang otak, pikiran, dan alam bawah sadar. Mereka membuka jasa konsultasi, mendengarkan keluhan, atau semacamnya (aku pernah mendatangi tenda ahli psikis sebelumnya dan harus kukatakan mereka memang ahli). 

Terakhir, adalah tenda milik penyihir bertopeng dengan lukisan gembok. Para penyihir bertopeng ini selalu punya jawaban atas pertanyaanmu. Meski, tidak semua orang bisa memperoleh jawaban dari mereka karena syarat yang diberikan untuk mengaksesnya terlalu berat. Jadi meragukan apakah mereka hanya ingin bersenang-senang atau serius punya jawaban. Karena sepertinya mereka benar-benar tidak mau memberitahu apapun jika melihat syarat yang diajukan. Dulu aku pernah datang kesana (tentu saja) untuk bertanya mengenai lowongan pekerjaan layak yang bisa menerima perempuan yang tak punya apa-apa kecuali sedikit sihir dan beberapa pakaian ganti. Mereka meminta imbalan yang tak masuk akal untuk pertanyaan asal-asalan dariku. Ketika itu aku sedang emosi setengah mati dan kesintinganku sudah di puncaknya sehingga aku baru bisa pergi dengan tenang setelah berhasil merobohkan tenda mereka. Aku tidak dikejar atau dimarahi, jadi bisa dibilang aku menang?

Mungkin pertanyaannya, bagaimana cara membedakan mana yang mana di antara tiga kemungkinan tadi? Seorang penyihir mabuk di bar pernah memberitahu rahasianya bertahun-tahun lalu, dia bilang “Ini informasi yang kutukar dengan harga diriku! Jadi sebaiknya kau jaga baik baik!” 

Jadi, rahasianya adalah melongok ke dalam. Semudah itu. Ahli ramal selalu memakai jubah-jubah dari bahan mengkilap dan bordiran heboh yang mustahil salah dikenali. Ahli psikis terkenal dengan jubah putih bersih mereka, sekali lihat kau langsung memperoleh ketenangan yang kau rindukan. Sedangkan penyihir bertopeng, ya mereka pakai topeng. 

Aku kasihan akan penyihir yang menukar harga dirinya demi informasi sepele layaknya uang receh yang jatuh di atas tanah dan diinjak-injak orang. Kebetulan, aku baru melihat satu. Receh itu ada di saku jubahku sekarang, karena pengangguran sepertiku tak bisa pilih-pilih. 

Yang terpenting malam ini adalah menemukan tempat tidur. Sisanya akan kuurus belakangan. 

Lihat selengkapnya