KARYA : SWARADTRI
“Teruslah hidup, karena dalam hidup, kamu masih bisa berjuang! namun jika mati, selesai sudah”
Kedua mata Raen memandang takjub dengan benda yang ada di genggaman Astara, sebuah buku legenda yang sering diperbincangkan, buku yang hanya diketahui oleh Tuan Melory, Raen baru kali pertama melihat buku itu secara langsung “Ternyata buku itu memang benar-benar ada!” ucapnya sambil menghela nafas.
Seketika wajah Astara mengernyit “Apaa… Kamu pernah melihatnya?” tanyanya kepada Raen yang saat ini berada disampingnya.
Gelengan kepala dari Raen menjawab apa yang ditanyakan Astara kepadanya “Namun Aku pernah mendengarnya, buku yang menulis segalanya. Hingga makhluk sadis itu menghancurkan tanah kelahiran ku untuk mencari keberadaan buku ini.”
“Apakah makhluk yang kamu ceritakan adalah makhluk yang sama dengan makhluk yang menyerang ibu ku?”
“Aku masih tidak tahu, tapi mungkin saja! dari yang pernah aku dengar makhluk itu sangatlah jahat dan tidak memiliki belas kasihan, dia akan menghancurkan apapun demi menuntaskan keinginannya!”
“Kalau begitu, kita harus menghentikannya!” Ucap Astara dengan penuh keyakinan.
“Apaa!!! Menghentikannya berarti harus melawannya, apa kamu kira ini adalah sebuah permainan! Jika melawannya sama dengan mati maka kita perlu persiapan yang matang, jika tidak sama saja mati konyol” Pungkas Raen.
“Yang dikatakan gadis itu memang benar, mengalahkannya bukanlah perkara mudah! Kakekmu saja harus merelakan keluarga dan hidupnya demi mengalahkannya.” Ucap Galah menambahkan.
Untuk sesaat Astara berpikir tentang apa yang akan mereka hadapi, tentang makhluk yang sangat mengerikan itu. Astara mulai membuka buku usang itu untuk pertama kalinya dengan perlahan, halaman demi halaman dia lewati untuk mencari sebuah jawaban apa yang sebenarnya terjadi.
“Uuuh… Astaga! ISTANA LAUT PASIR.” ucap Raen menginterupsi, wajahnya yang polos tidak mampu menyembunyikan rasa penasarannya yang sangat besar.
“Maaf kita tidak punya waktu untuk itu.” ucap Astara tegas.
“Okkee.. Okee…” sahut Raen yang mencoba menenangkan dirinya.
Namun ketenangan gadis itu tak berlangsung lama saat dia melihat kembali halaman yang bertuliskan, HARTA KARUN GUNUNG ZAHRU “Benarkah, ternyata harta karun itu ada?!” celetuk Raen lagi menginterupsi saat melihat dengan sepintas sebuah judul halaman dalam buku itu.
“Iyaa… Iyaaa… Bisakah kita membahasnya nanti.” sedikit protes yang keluar dari mulut Astara sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Astara kembali fokus untuk mencari apa yang dimaksud Galah dalam buku catatan usang ini.
“Kalau aku tak salah ingat Tuan Melory pernah menuliskan sebuah ramuan ajaib dari suku pedalaman, sebentar aku mencoba mengingatnya kembali… Kalau tidak salah halaman tersebut berjudul SUKU LEMBAH CENDRAWASIH.” ucap Galah memberi petunjuk.
Wajah Astara berubah serius, bola matanya membesar saat melihat halaman yang tertulis sama dengan apa yang diucapkan oleh Galah “Maksudmu ini?”
“Benar sekali, baca saja, mungkin kamu akan mendapatkan sebuah jawaban!”
LEMBAH CENDRAWASIH
Sebuah lembah yang sangat indah terletak di kaki gunung JAYA,
memiliki kekayaan alam yang sangat luar biasa, rempah, tumbuhan,
hewan eksotis, mistis dan penuh dengan ritual. Bermacam-macam
logam mulia, batu berlian, emas, kristal begitu berkilau
saat sinar bulan menyinari lembah tersebut…