Astoria dan Mikhail

Vya Kim
Chapter #2

Chapter #2

Michael Jamison Bloom, dengan wajah menawan yang memancarkan ketenangan dan keanggunan yang tak terbantahkan, berjalan memasuki rumah Astoria.

Rambutnya yang hitam, poninya di biarkan tertata keren berdiri oleh minyak rambut dengan sempurna, serta mata tajam yang penuh misteri, menambahkan aura dingin dan penuh kuasa pada sosoknya. Setelan hitam yang rapi membungkus tubuhnya dengan sempurna, memberikan kesan bahwa dia adalah seseorang yang terbiasa memegang kendali atas segala hal.

Astoria berdiri di ruang tamu, merasa dadanya sesak oleh ketegangan yang mendadak memenuhi ruangan. Saat pandangan mereka bertemu, Astoria merasakan semburan rasa marah dan tak berdaya.

Di hadapannya berdiri pria dari keluarga yang telah menghancurkan mimpinya dan merenggut nyawa sahabat lelakinya, atau orang-orang bahkan melihatnya sebagai sepasang kekasih. Setiap langkah Michael mendekat membuatnya ingin mundur, namun dia menahan diri, berusaha untuk tetap tegak.

"Nona Astoria Everly, senang akhirnya bisa bertemu denganmu," kata Michael dengan suara yang tenang dan dingin sambil mengulurkan tangan hendak mencium hormat punggung tangan wanita di depannya. Tidak ada senyum di wajahnya, hanya sorot mata yang mengamati Astoria seolah-olah dia adalah teka-teki yang harus dipecahkan.

Astoria menelan ludah, mencoba menenangkan diri, tapi tak menyambut uluran tangan Michael. "Duke Michael Jamison Bloom, aku tidak pernah menyangka pertemuan pertama kita akan seperti ini," jawabnya dengan suara yang nyaris bergetar, namun dia berusaha keras untuk tetap terdengar tegar.

Michael mengangguk pelan, memandang sekeliling ruangan dengan sikap acuh tak acuh. "Aku mengerti ini semua mendadak bagimu. Tapi keluarga kita sudah memutuskan, dan ini adalah bagian dari kesepakatan yang akan menguntungkan kedua belah pihak," katanya tanpa sedikitpun menunjukkan emosi.

Astoria mengepalkan tangannya, merasakan darahnya mendidih. "Menguntungkan? Bagaimana mungkin ini menguntungkan bagiku? Keluargamu telah menghancurkan hidupku!" suaranya mulai meninggi, tak mampu lagi menahan amarah yang sudah lama tertahan.

Michael menghela napas, matanya menatap Astoria dengan dingin. "Aku tahu kau menyimpan dendam, Astoria. Tapi mari kita berusaha untuk berpikir rasional. Perjodohan ini adalah solusi terbaik untuk menyelamatkan keluargamu dari masalah finansial. Dan untukku, ini adalah tanggung jawab yang harus aku jalani."

Astoria merasakan hatinya hancur mendengar kata-kata Michael. Bagaimana bisa pria ini begitu tenang dan dingin, seolah-olah semua ini hanyalah transaksi bisnis biasa? 

"Kau tidak tahu apa-apa tentang penderitaanku, Duke Mikhail," bisiknya penuh dengan kepedihan.

Mikhail menatap Astoria dalam diam sejenak, sebelum akhirnya berkata dengan nada yang lebih lembut, namun tetap tegas.

"Astoria, aku tidak berusaha untuk meremehkan perasaanmu. Tapi hidup terus berjalan, dan kita harus menemukan cara untuk melanjutkan. Mungkin, dengan waktu, kau akan melihat bahwa ini adalah kesempatan untuk membangun sesuatu yang baru."

Astoria menatapnya dengan tatapan penuh kebencian dan ketidakpercayaan. Bagaimana mungkin dia bisa menerima semua ini? Bagaimana mungkin dia bisa melihat ini sebagai sebuah kesempatan? Hatinya penuh dengan luka, dan di hadapannya berdiri pria yang mewakili segala hal yang ingin ia lupakan.

Namun, dalam keheningan yang mencekam, Astoria sadar bahwa ini adalah kenyataan yang harus dia hadapi. Dan meskipun hatinya menolak, dia tahu bahwa pertarungan ini baru saja dimulai. 

Lihat selengkapnya