Astray

Psychedelic
Chapter #4

Bab 3

Lucas bangun dan memandangi langit-langit kamarnya. Napasnya lagi-lagi berantakan, tapi rasa takut yang menyelubungi sekujur tubuhnya terasa jauh lebih berat dari sebelumnya. Dia mengambil ponselnya dan untuk pertama kalinya meneliti tanggal dan waktu yang tertera di layar. 9 Agustus 2020. Pukul sembilan pagi lebih dua belas menit. Ini tidak salah lagi. Untuk ketiga kalinya, dia kembali terbangun di tanggal dan waktu yang sama.

Sembari berusaha untuk mengurangi kepanikannya dan percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja, dia membuka grup obrolan mainnya. Sesuai dugaannya, setiap pesan yang telah ditinggalkan teman-temannya semalam masih sama persis dengan mimpinya. Apakah dia masih bisa mengategorikan apa yang telah dia alami sebagai “mimpi”? Apakah harinya benar-benar terulang? Atau mungkinkah dia terlempar ke dimensi lain setiap kali dia gagal menyelamatkan Clara?

Dia tidak kuat menyimpan permasalahan ini seorang diri, tapi dia tidak tahu siapa yang bisa dipercaya. Ada beberapa temannya yang tertarik dengan alien atau beberapa konspirasi lainnya, jadi mereka pasti tidak keberatan mendengarkannya. Masalahnya, dia harus menghubungi mereka satu per satu dan membuat janji untuk bertemu. Bagaimana jika ini adalah kesempatan terakhirnya untuk menyelamatkan Clara? Dia tidak bisa bermain-main dengan waktu.

Meski sudah mencuci muka di kamar mandi, dia masih terlihat lesu. Begitu banyak pertanyaan terus bermunculan di otaknya. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Sejauh ini, Clara aman sebelum kecelakaan yang seharusnya menimpanya di sore hari, tapi apakah ada jaminan bahwa Clara tidak akan mati sebelum itu? Dia bahkan tidak menyadari dirinya yang sudah berdiri di pintu masuk ruang makan dan lagi-lagi mendapati ibu dan adiknya duduk di posisi yang sama.

“Apa yang kau lakukan di sana?” Pertanyaan ibunya berbeda, tapi itu tidaklah aneh saat dia terpaku di tempat. Ekspresi wajahnya juga pasti lebih pucat dari apa yang diingat ibunya semalam.

Lucas tidak mampu menjawab dan berjalan kembali ke kamarnya. Jika bahaya akan selalu mendatangi Clara, maka cara terbaik untuk menjaganya adalah dengan berada tepat di sampingnya. Dia mengambil ponselnya dan buru-buru menghubungi Clara. Terbesit pikiran bahwa dia bisa-bisa harus ikut mati bersama Clara, tapi dia akan kembali terbangun jika kutukan ini masih berlanjut. Sama sekali tidak ada salahnya mencoba.

“Halo?” sapa Clara. Tentu saja, Lucas begitu lega saat mendengar suara Clara, tapi ada kesedihan yang luar biasa di balik ketenangannya. Dia tidak ingin ini menjadi hari terakhir mereka bersama. Dia juga tidak bisa terus menyaksikan kematian Clara.

“Clara,” kata Lucas sebelum menelan ludah. “Maukah kau menginap di rumahku malam ini? Ada miniseri yang ingin kutonton denganmu,” lanjutnya. Beruntung baginya karena mereka sudah sering melakukan kegiatan ini, jadi Clara tidak mungkin curiga. Sekarang tugasnya hanyalah mencari miniseri tersebut.

“Oh. Tentang apa?” tanya Clara.

“Akan kukirimi informasinya, dan... uh, bagaimana kalau aku menjemputmu? Ibuku menyuruhku berbelanja ke Focus Supermarket, jadi sekalian saja.” Lucas berbicara dengan begitu yakin. Jika mengikuti apa yang sejauh ini sudah terjadi, maka ibunya sudah pasti akan menyuruhnya pergi.

“Oke. Bolehkah aku menitip sabun pembersih wajah? Akan kukirimi fotonya.”

“Oke,” kata Lucas, meski dia masih ingat jelas merek dan jenis apa yang harus dibelinya berdasarkan dua pertemuan mereka yang terakhir.

“Jam berapa kau akan menjemputku?”

“Mungkin satu jam lagi. Nanti aku hubungi lagi kalau aku sudah siap.”

“Aku masih harus membersihkan rumah, jadi santai saja. Sampai jumpa, Lucas.”

“Sampai jumpa.” Lucas menutup teleponnya sebelum pergi ke lantai satu. Dia menarik napas panjang sebelum berjalan ke dapur dan mengambil mangkuk dan sendok dari tempat yang sama seperti sebelumnya.

“Luc, kau kenapa seperti orang kebingungan?” tanya ibunya setelah dia duduk di samping Ethan. Sekali lagi, dia akan mengonsumsi sereal dan susu yang ditinggalkan di atas meja makan. Untungnya, dia belum merasa bosan dengan rasa manis di lidahnya.

“Aku kurang tidur.” Lucas mengaduk serealnya. “Nanti Clara mau menginap.”

“Kak Clara mau ke sini?” sahut Ethan tiba-tiba sampai dia menjeda video di tabletnya. Dia sama dekatnya dengan Clara, hanya saja Lucas dan Clara yang seumur dan seangkatan lebih mempunyai banyak waktu bersama.

“Iya. Aku akan menjemputnya, mungkin mampir ke Focus Supermarket sebentar,” jawab Lucas sebelum menoleh ke ibunya. “Apa Ibu ingin menitip sesuatu?”

“Oh, iya. Sereal kita habis dan Ibu butuh beberapa barang lainnya,” kata ibunya.

“Oke. Aku akan pergi setelah makan,” kata Lucas sebelum menyendokkan sereal ke mulutnya. Dia masih belum merasa bosan dengan rasa manis di lidahnya, tapi segala jenis makanan lama-lama akan hambar jika hari ini terus terulang.

***

Lucas tidak membutuhkan waktu lama untuk memilih satu dari belasan miniseri kriminal yang pasti disukainya dan Clara. Sesuai perjanjian, dia mengirimkan tautan tentang miniseri tersebut pada Clara dan langsung bersiap-siap untuk pergi setelah mendapat persetujuan, lengkap dengan foto sabun pembersih wajah yang harus dibelinya. Ibunya juga sudah memberi daftar belanjaan, tapi dia bisa mengingat semuanya di luar kepala.

Lihat selengkapnya