Clara seperti memiliki sihir untuk membuat Lucas lupa tentang setiap masalah yang menimpanya. Beberapa tahun lalu, Lucas ogah mengantar ibunya berbelanja karena sedang di tengah-tengah pertandingan online game dengan teman-temannya. Ibunya ternyata mengeluh ke ayahnya dan membuat ayahnya tiba-tiba masuk ke kamar dan membanting laptop Lucas. Lucas cukup terpukul dan langsung kabur ke rumah Clara dengan bermodal ponsel dan dompetnya saja.
Dia tidak menceritakan masalahnya dengan panjang lebar karena otaknya belum bisa merangkup apa yang baru saja terjadi. Tanpa banyak bertanya, Clara tersenyum dan membahas fakta aneh seorang dewa dari mitologi Yunani sebelum menghubungkannya dengan tragedi teman SMP mereka yang terpeleset saat menaiki auditorium sekolah. Clara berhasil membuat Lucas tertawa dengan begitu mudah dan tampaknya hal itu hanya bisa dilakukan oleh dirinya seorang.
Lucas juga ingat betapa buruk hubungannya dengan guru biologinya waktu kelas satu SMA. Guru itu suka membentak murid tanpa alasan yang jelas, dan Lucas adalah orang pertama yang berani mengeluarkan opininya. Guru yang baik dan benar tidak akan menyakiti perasaan muridnya. Permasalahannya tidak melebar karena guru tersebut tidak sampai melapor ke kepala sekolah, tapi Lucas mulai menjadi incarannya.
Saat membuat laporan yang begitu kompleks tentang bagaimana hidrosfer menghubungkan segala kehidupan di laut, dia mendapat nilai yang lebih rendah dari mereka yang hanya membahas tentang jenis-jenis ikan laut dalam. Sesekali, sang guru biologi akan mengatakan hal semacam “murid diam karena selalu mau tahu, murid berani membantah karena sok tahu” sambil melirik sinis Lucas yang selalu memilih untuk diam. Beberapa sudah menyuruhnya untuk meminta maaf, tapi dia menolak karena tidak merasa bersalah.
Sampai suatu hari, dia lupa membawa tugas pertengahan semesternya. Dia meminta izin untuk mengambilnya di rumah, tapi sang guru bersikeras menuduhnya belum menyelesaikan tugas itu. Dia sebal karena tidak ingin memberikan tiket gratis bagi guru biologinya untuk mengolok-oloknya di depan semua orang. Bisa jadi masalah yang lama pada akhirnya akan dibawa ke kepala sekolah, yang akan berakhir pada pemanggilan orang tua Lucas. Bagaimanapun salahnya, guru yang sudah bertahun-tahun mengajar akan lebih benar dari seorang murid yang nilainya pas-pasan.
Mengetahui itu, Clara berdiri dari bangkunya di tengah-tengah kelas dan mengaku bahwa tugasnya juga tertinggal, padahal jelas-jelas dia menyimpannya dengan rapi di dalam tas. Mereka berdua akhirnya dihukum untuk membersihkan akuarium sekolah dua minggu sekali sampai tahun ajaran baru, tapi Clara yang riang gembira membuat Lucas tidak merasa terbebani. Dia malah bingung bagaimana harus membalas kebaikan Clara yang rela menderita bersamanya.
Sama seperti sekarang, tidak terasa dua jam telah berlalu karena Clara menemukan puluhan video komedi sketsa yang bisa mereka tonton bersama di tablet milik Clara. Lucas kira satu-satunya hal yang bisa membuatnya senang adalah memastikan keamanan Clara, tapi nyatanya dia tidak bisa berhenti tertawa sampai matanya sedikit berair. Satu hal yang menyenangkan dari Clara adalah kemampuannya untuk menerima humor paling gelap sekalipun.
“Aku mau mandi,” kata Clara saat jam sudah hampir mendekati angka tujuh. Belum sempat dia meninggalkan kasur dan Lucas sudah menarik tangannya untuk menghentikannya. Dia pun menoleh ke Lucas dan memberi tatapan bingung.
“Kau tidak perlu mandi malam ini,” kata Lucas.
“Ha?” Clara kembali terduduk, tapi wajahnya makin karut. “Apa maksudmu?”
“Tolong, Clara. Ikuti permintaanku. Jangan mandi malam ini.” Lucas tidak peduli jika dia terdengar seperti orang gila karena dia tidak tahu lagi bagaimana caranya mencegah Clara terpeleset di kamar mandi. Tidak mungkin dia menawarkan diri untuk mandi bersama. Lebih tidak mungkin lagi dia berbicara sejujurnya.
“Kau tahu kau tidak bisa melarangku tanpa alasan yang jelas. Apa ramalan bintangku hari ini berkata bahwa akan terjadi sesuatu yang buruk kalau aku mandi?” tanya Clara.
“Anggap saja seperti itu,” jawab Lucas ala kadarnya.
Clara tertawa. “Kau bukan orang yang mempercayai hal-hal seperti itu. Ayolah, Luc. Ada apa denganmu hari ini? Kau juga belum menjelaskan alasan tiba-tiba ingin menginap di rumahku.”
Lucas bangkit dari kasur dan menarik napas panjang. “Kau boleh mandi, tapi aku akan menunggumu di balik tirai shower.”
Kedua mata Clara melebar. “Kau sudah tidak waras ya?”
“Kali ini saja turutilah permintaanku, Clara.” Nada Lucas naik, tapi dia lebih terdengar frustrasi daripada marah. “Aku berjanji akan menjelaskan semuanya padamu, tapi tidak hari ini. Kau harus tahu kalau aku tidak mungkin berencana untuk melukaimu.”