Lucas memukul tembok di sampingnya saat membuka mata sebelum mengerang kesakitan karena kepalanya yang begitu ngilu. Sedikit lagi, dialah yang akan meraung-raung karena psikisnya tidak sekuat itu untuk terus melihat Clara mati di hadapannya. Tanpa menyentuh ponselnya, dia berlari ke ruang makan. Dia sudah tidak ingat ini ke berapa kalinya dia terbangun di hari yang sama, tapi tidak ada gunanya menghitung karena bisa-bisa dia makin menggila.
“Kau belum tidur?” tanya ibunya yang sedang membaca koran.
“Ikut aku!” Lucas tidak menghiraukan pertanyaan ibunya yang sedang membaca koran di ruang makan dan langsung menarik tangan Ethan. Ethan terkejut dan sempat menarik kembali tangannya, tapi tatapan serius Lucas membuatnya meletakkan tabletnya di atas meja makan dan membiarkan sang kakak membimbingnya ke lantai dua.
Di dalam kamar Ethan, Lucas langsung duduk di kasur dan memijat sisi kepalanya. “Ethan, aku tidak tahu harus apa!” pekiknya putus asa.
“Kau... kenapa?” tanya Ethan yang masih berdiri di dekat pintu.
“Aku terjebak di lingkaran waktu,” kata Lucas. “Kau sempat bertemu ayah Clara di kota Davao. Sebelumnya, kau bilang bahwa aku tinggal mengatakan ini supaya kau bisa mempercayai semua yang akan aku katakan.”
Mulut Ethan menganga. Dia mengedipkan matanya beberapa kali sebelum duduk di kursi komputernya. “Oke. Aku bingung, tapi aku memang tidak pernah menceritakan itu ke siapa pun. Bisa kau jelaskan dengan perlahan apa yang menimpamu?”
“Aku terjebak di lingkaran waktu,” Lucas mengulangi pernyataannya dengan lebih pelan. “Clara selalu mati setelah jam setengah lima sore. Aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk menjaganya, tapi dia bisa tiba-tiba terjatuh atau tersedak. Dunia ini terus mencoba untuk membunuhnya. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.”
“Heh. Oke. Biarkan aku bertanya, dan kau harus jujur padaku. Apa kau pernah melakukan suatu kesalahan besar? Misalnya, apa kau pernah membunuh seseorang?” tanya Ethan. Nada dan raut wajahnya membuktikan bahwa dia tidak main-main dengan pernyataannya.
Lucas berpikir tentang apa saja yang sudah dilakukannya selama ini. Tentu saja dia tidak pernah membunuh manusia, jadi dia tidak memedulikan pertanyaan Ethan mengenai itu. Binatang yang dibunuhnya sejauh ini juga binatang-binatang yang sering dibasmi banyak orang seperti kecoak, nyamuk, dan lalat. Sekali saja, dia pernah tidak sengaja melindas tikus saat sedang mengendarai mobil. Ucapannya mungkin pernah menyakitkan hati orang lain, tapi semua orang pasti pernah melakukan hal yang sama.
“Tidak,” kata Lucas. “Aku bersumpah aku tidak pernah melakukan sesuatu yang membuatku harus mengalami hal ini.”
“Kalau begitu... Apa Kak Clara pernah melakukan suatu kesalahan besar?” tanya Ethan lagi.
“Kalau dia yang melakukan kesalahan, kenapa aku yang bertanggung jawab?”
“Mungkin karena kesalahannya berhubungan denganmu?”
Untuk pertama kalinya dalam hidup, Lucas mengakui kegeniusan Ethan. Masalahnya, Lucas yakin Clara bukanlah psikopat yang rela melukai seseorang, bahkan jika itu demi mereka yang disayanginya. Clara juga tidak sepintar itu untuk lepas dari kesalahan besar yang dilakukannya. Sejauh ini, orang yang mereka berdua kenal tidak ada yang hilang tanpa jejak. Jika Clara memang pernah membunuh seseorang, di mana dia akan menyembunyikan mayatnya?
“Apa yang sebenarnya aku bayangkan...? Tidak mungkin dia pernah membunuh seseorang,” gumam Lucas, menyesal karena sudah termakan ucapan Ethan.
Ethan melengkungkan bibirnya ke bawah, menunjukkan bahwa dia tidak sepenuhnya percaya dengan ucapan Lucas. “Kalau kau bisa terjebak di lingkaran waktu, berarti tidak ada hal yang mustahil di dunia ini,” ujarnya.
Lucas menghela napas. “Apa kau punya opini lain? Sesuatu yang lebih bisa kucerna?”
“Mungkin kau harus berbicara dengan seorang cenayang. Aku yakin ada beberapa di kota kita. Cari saja di internet tentang orang yang bisa membaca aura atau semacamnya.”
“Aku tidak percaya orang-orang seperti itu...”
“Kau masih bisa mengatakan hal seperti itu saat kau terjebak di lingkaran waktu?” Ethan menaikkan sebelah alisnya. “Lagi pula kau kira kau orang baik? Ada beberapa orang yang membencimu karena mulutmu yang kadang tidak ada filternya. Aku tidak kaget kalau kau pernah tidak sengaja menghina seseorang, tapi orang itu tidak bisa lupa dan berencana untuk membalas dendam. Saat dia ingin mencelakaimu, Clara tidak sengaja melihatnya dan malah membunuhnya.”
“Hentikan teorimu tentang Clara membunuh seseorang!” sentak Lucas yang juga harus menahan diri untuk tidak menonjok muka sang adik yang malah tertawa terbahak-bahak.
“Tapi aku jadi bingung,” kata Ethan setelah tawanya mereda. “Kenapa kau tidak memberitahu Kak Clara tentang keadaanmu? Bukankah lebih baik jika kalian berdua bisa mencari jalan keluarnya bersama-sama?”
“Aku pernah memikirkan hal itu,” balas Lucas.