Ini pertama kalinya amarah Lucas jauh lebih besar dari kesedihannya saat terbangun. Seperti biasa, pertanyaannya bertambah sedangkan jawaban yang didapatkannya masih nol. Bagaimana bisa Clara mati lebih awal dari biasanya? Apa yang membuatnya yang sedang tertidur tiba-tiba saja memiliki ide untuk membuka jendela kamarnya? Mengingat tinggi jendela yang menyamai dadanya, bagaimana bisa dia sampai terjatuh?
Dia melakukan hal yang sama seperti sebelumnya; pergi ke ruang makan, mengabaikan ibunya, menarik Ethan dengan paksa, masuk ke kamar Ethan, dan duduk di kasur adiknya itu. Dia menjelaskan apa yang dialaminya secara ringkas. Otaknya seperti sudah terlatih untuk mengatakan poin-poin penting saja karena tidak ada gunanya mencakup detail-detail yang nantinya akan segera dilupakan.
“Jadi Kak Clara memiliki kecenderungan bunuh diri?” Ethan meletakkan kaki kanan di atas kaki kirinya. “Aku sama sekali tidak menyangka.”
“Itu mustahil. Aku tidak mungkin tidak menyadarinya. Selama ini dia baik-baik saja. Lagi pula kenapa dia harus bunuh diri?” bantah Lucas.
“Mungkin dia syok dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa kau akan mati sebelum dirinya.”
“Bisakah kau berhenti menggambarkan Clara sebagai seorang sosiopat?”
“Memangnya apa yang sudah kukatakan sebelumnya?” tanya Ethan sebelum tertawa. “Tidak penting. Menurutku, sesuatu yang mistis terjadi pada Kak Clara akibat dari kau yang memberitahu rahasia ini padanya. Kau sudah mengubah subjek ceritamu, tapi rupanya dunia tidak peduli itu.”
“Sesuatu seperti apa?”
“Mungkin dia mendengar bisikan-bisikan dari luar jendelanya. Tanpa disadari, dia membuka jendela itu dan tiba-tiba saja terjatuh. Kurang lebih sama dengan kasus Putri Tidur yang mendengar bisikan-bisikan dari jarum mesin pemintal. Dia terkutuk, jadi jarum itu mengundangnya untuk menusukkan jarinya.”
Lucas mengerang, benar-benar frustrasi tingkat atas. “Kepalaku rasanya mau pecah. Aku sudah kehabisan cara. Awalnya aku ingin tahu apa Clara bisa hidup sampai hari berganti dan mungkin itu adalah cara menyelamatkannya, tapi aku tidak pernah berhasil. Dia selalu mati dengan tiba-tiba.”
“Aku rasa Kak Clara ada benarnya. Kau tidak seharusnya menghentikan kematian seseorang.”
“Lalu apa tujuannya aku terjebak di lingkaran waktu? Apa Tuhan benar-benar sebosan itu untuk mengerjaiku?”
“Mungkin Tuhan ingin kau menyatakan perasaanmu pada Kak Clara...”
“Itu lagi?” pekik Lucas. “Kau sudah mengatakannya sebelumnya dan aku risih tiap mendengarnya!”
“Wow, tenang. Mana aku tahu kalau aku sudah pernah mengatakannya?” Ethan sedikit menarik tubuhnya ke belakang, senyum lebar masih belum meninggalkan wajahnya. “Kau pasti sudah memenuhi syarat menjadi pasien rumah sakit jiwa. Jarang sekali melihatmu berteriak seperti itu.”
“Terserah katamu. Mungkin aku memang sudah gila. Coba saja kau yang terus mengulangi harimu,” Lucas geram. Dia bahkan sudah kehilangan nafsu makan. Perutnya memang kosong setiap dia bangun, tapi dia masih mengingat rasa sayap ayam yang dibeli ibu Clara. Itu membuatnya tidak ingin sarapan.
“Baiklah. Apa yang akan kau lakukan sekarang? Bagaimana kalau menemui seorang cenayang? Apa aku juga sudah memberimu saran ini?” tanya Ethan.
“Iya, dan aku sudah mencarinya. Beberapa yang tampaknya valid tinggal di Kota Kuil.”