Atap Rumah Maisa

Yudha Mahawani
Chapter #12

Karimun Jawa

Bapakku sudah tiba di rumah. Beres napak tilas Lampung, Jakarta, Cirebon, Semarang dan Ngawi dengan bahagia. Kami kembali beraktivitas seperti biasa. Menjalani hari-hari dengan hepi dan semangat berapi. Meski kemudian berita tentang Corona santer di media.

"Jauh, di China sana," kata May dalam sambungan telepon saat akan mengajakku liburan.

"Kemarin kami gak ikut ke Lampung. Eh, tadi gak sengaja lihat kalender tanggal merahnya berjejer. Ke Karimun yok, Sa. Aku traktir ngerayain ulang tahun Aini di sana!"

Wah, rejeki nomplok. Lebaran ... liburann … dua hal yang aku suka!

"GAS. MANGKAT. BUDAL[1]!!!!"

Awalnya Maggy ikut serta, namun baru sampai Jepara ia pulang. Saat bermain di Pantai Kartini, melihat akuarium raksasa Kura-Kura Ocean Park, sebelum berenang dengan ikan-ikan di habitat aslinya, Maggy mendapat telepon dari teman kerja. Keadaan kantornya genting. Beberapa karyawan dirumahkan akibat pandemi.

Virus Corona bermula dari Wuhan, China. Dan akhirnya virus mematikan itu sampai ke Indonesia juga. Aku pun sudah beberapa waktu tidak lagi menjadi shadow teacher di sekolah, namun pendamping PJJ alias pembelajaran jarak jauh. Duduk di samping muridku, menghadap laptop. Dari pagi sampai siang. Sesuai jam sekolah. Beruntung Sahnaz, muridku, tidak rewel. Konsentrasi penuh mengikuti sekolah daring dari gawai. Karena disleksianya, dia diskalkulia. Kesulitan berhitung.

Dia kelas 3 SMP. Pertama kali menerima tawaran ibunya, aku sempat ragu. Sebab latar belakangku guru SD, bukan SMP. Mampukah aku drilling Sahnaz materi SMP? Ibu Sahnaz menyakinkanku. Sekolah Sahnaz inklusi, jadi kalau tidak mengejar materi yang ada di sekolah, Sahnaz akan mendapat pemakluman. Banyak memperoleh dispensasi. Seperti ujian semester lalu. Wali kelasnya hanya mengujikan konsep matematika dasar. Penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, bangun ruang, skala, kecepatan, pecahan, pengolahan data, semua dalam bentuk soal studi kasus. Nice, sekolah yang ramah pendidikan untuk anak spesial seperti Sahnaz.

Hasilnya maksimal, di usia yang ke-14 tahun, Sahnaz menjadi pengusaha keripik balado. Keripik balado buatan neneknya ia jual secara online. Orang tuanya asli Padang. Mama-papanya pemilik restoran Padang dekat kosku. Tante Sofyan yang memperkenalkan aku dengan mamanya Sahnaz. Meski dibantu asisten kepercayaan orang tuanya, Sahnaz berhasil mengimplementasikan hasil belajar dalam kehidupan nyata. Matematika tidak sulit kok, menurutnya. "Aku hanya membutuhkan waktu agak lama untuk mengerjakan soal."

-35 x (-27) + 125 : 5³ -√81

Bisa setengah jam pelajaran ia berkutat dengan kertas buram, menghitung untuk menemukan jawaban satu soal. Sama ketika aku berikan soal: Maisa membeli 10 bungkus keripik balado. Satu bungkus harganya 17.250. Jika Maisa membayar dengan satu lembar uang seratus ribuan dan dua lembar uang lima puluh ribuan, berapa kembalian yang Maisa terima?

Apalagi kalau soalnya macam begini: Sebuah pabrik sepatu memproduksi 12.276 sepatu di hari pertama, dan 11.983 sepatu di hari kedua. Sepatu-sepatu itu akan didistrbusikan ke tiga toko. Toka A mendapat 14.987 sepatu. Toko B  3.766 lebih sedikit dari toko A. Jika toko C 1.234 lebih banyak dari toko B, berapa banyak sepatu yang diterima toko C?

Atau, Pak Dudu memiliki usaha masker kain jahit yang dikelola bersama teman-temannya. Dalam mengelola usaha, Pak Dudu menggunakan tiga jenis kain, yaitu batik, kaus, dan katun. Batik dengan biaya produksi 45.250/buah dijual seharga 47.500/buah. Kaus dengan biaya produksi 43.175/buah dijual seharga 51.900. Katun dengan biaya produksi 48.950/buah dijual seharga 53.150/buah. Kemarin masker berbahan batik terjual sebanyak 1.245 buah dengan 5% dari masker yang terjual dibeli oleh Edi untuk disumbangkan kepada korban tsunami di Palu. Biaya yang dikeluarkan Edi untuk membeli masker adalah ....

Atau lagi yang seperti ini: Kak Aminah membeli dua loyang piza berbentuk bulat yang berukuran sama di sebuah gerai makanan seperti tampak pada gambar di samping. 🟠 🟠. Saat memesan, ia meminta kepada penjual untuk memotong piza menjadi beberapa bagian yang sama besar. Piza pertama dipotong menjadi delapan bagian sama besar dan piza kedua dipotong menjadi enam belas bagian sama besar. Kak Aminah menyaksikan keterampilan penjual tersebut saat membagi piza menggunakan sebuah alat pemotong khusus, sehingga kedua piza terbagi sama besar sesuai dengan keinginannya. Sesampai di rumah, dari piza pertama, dua potong diberikan kepada adiknya, sepertiga bagian dari sisanya diberikan kepada kedua orang tuanya, satu potong diberikan kepada kakaknya, dan sisanya dimakan sendiri. Untuk piza kedua, lima potong ia berikan kepada teman-temannya dan bagian piza lainnya diberikan kepada tetangganya. Mereka menikmati piza tersebut dengan sangat lahap karena rasa piza tersebut benar-benar enak. Tentukan manakah pernyataan yang benar dengan memberi tanda ✔ pada lingkaran yang tersedia.

🔘Teman Kak Aminah memeroleh 3/4 bagian piza kedua.

🔘Besar piza yang diberikan kepada orang tuanya 1/4 bagian piza pertama.

🔘 Besar piza yang dimakan Kak Aminah 3/8 bagian piza pertama.

🔘Piza yang diberikan kepada tetangga sama dengan 5/16 bagian piza kedua.

Tidak hanya Sahnaz, aku juga pusing. 🤣🤣 Hahahah! Piza sudah dibagi-bagi kok masih dihitung-hitung siapa dapat berapa … mbok yang ikhlaasss.

Lamaaa Sahnaz menghitung di kertas, bisa berjam-jam kalau sendiri. Kalau aku bantu, ya tidak selama itu, itu juga aku perbolehkan menggunakan kalkulator 🤣. Padahal, dalam kasus bayar-membayar, kalau tokonya pakai mesin kasir dan bayarnya pakai e-money juga tidak perlu repot-repot menghitung 😂. Namun bagaimanapun, Sahnaz harus menguasai kemampuan dasar berhitung.

"Kenapa aku boleh menggunakan kalkulator?"

"Mesin-mesin teknologi dibuat untuk memudahkan pekerjaan manusia bukan? Sama seperti Ziney memakai alat bantu pendengaran kan? Kalau Ziney boleh memakai alat bantu pendengaran, kenapa Sahnaz tidak boleh?"

"Iya."

Ujian semester dilalui Sahnaz dengan nilai matematika yang memuaskan. Liburan tengah semester Sahnaz isi dengan berjualan keripik balado. Ia ingin menambah varian rasa. Selain original, ia akan meluncurkan rasa keju dan barbeku. Mantap lah, pokoknya.

Aku pun kian mantap menjalani hari demi hari bersama mereka. Pagi dengan Sahnaz. Setelah Sahnaz, Karen dan Zak. Lanjut Marco dan Ali. Dan lalu ada tanggal merah yang panjang. Tiba giliranku memberi jeda otot dan tulangku berelaksasi sejenak. Menikmati pantai Karimun Jawa nan indah bak surga.

***

Lihat selengkapnya