Blurb
Dafi dan Lana bersahabat sejak di bangku TK. Dafi sosok sahabat yang sangat baik untuk Lana. Banyak hal-hal positif yang dirasakan Lana dari sahabatnya itu. Dafi yang pendiam bisa menjadi sosok yang seru dan ceria bila berada didekat Lana. Mereka berdua saling membutuhkan dan saling melengkapi.
Saat mereka duduk di bangku kelas 2 SD, terjadi pertengkaran antara papa dan mama Dafi. Mama Dafi begitu kecewa kepada suaminya. Ia membawa Dafi ke kota asalnya yaitu Surabaya. Dafi tidak sempat memberi kabar kepergiannya kepada Lana. Semua terjadi begitu cepat. Sejak saat itu tidak ada komunikasi di antara keduanya. Baik Dafi maupun Lana sangat kehilangan. Lana begitu tersiksa tanpa kehadiran sahabat di sisinya. Mami dan papinya ikut merasakan kesedihan sang putri.
Belasan tahun Lana menanti Dafi sang sahabat. Tak ada sedikit pun kabar yang ia dapatkan. Hati Lana dihantui rasa penasaran. Kemanakah perginya sang sahabat. Lana berusaha tegar, dengan kesibukannya perlahan bayangan sosok Dafi memudar. Namun, tiap kali ia melihat benda-benda atau tempat-tempat kenangan yang pernah dilaluinya bersama Dafi, membuat dirinya kembali mengingat Dafi. Tiap kali itu terjadi, Lana pasti bersedih. Ia rindu ada Dafi. Ia hanya berharap mendapat kabar kalau Dafi baik-baik saja.
Setelah sekian lama menanti, Dafi hadir kembali dikehidupan Lana. Sedih, bahagia, bersyukur menjadi satu saat Lana berhadapan langsung dengan sahabatnya itu. Air mata mereka pun terkuras. Rasa penasaran Lana terbayarkan.
Ternyata, sejak lama Dafi mencintai Lana. Namun, ia tidak mau merusak persahabatannya dengan cinta. Ditambah lagi sang mama berpesan untuk tidak mencari jodoh dari kota Bandung. Rasa cinta itu dipendamnya rapat-rapat. Sejak saat itu, persahabatan mereka terjalin kembali. Walaupun mereka harus terpisah jarak antara Bandung dan Surabaya, namun komunikasi mereka lewat ponsel terjalin dengan baik. Lana selalu menceritakan apa pun pada Dafi.
Seiring berjalannya waktu, Lana pun jatuh cinta pada Dafi. Kata-kata Dafi lah yang membuatnya jatuh cinta. "Kalau tidak ada yang bisa memperbaiki itu kerusakan hati, biar nanti aku belajar bagaimana cara memperbaiki yang baik dan benar. Cari tahu kapan waktu yang tepat untuk datang". Sama halnya dengan Dafi, demi persahabatan Lana menyimpan rapat-rapat rasa cintanya pada Dafi.
Saat ini, hampir seluruh negara didunia dilanda wabah coronavirus, termasuk Indonesia. Korban yang terpapar virus ini semakin bertambah. Para tenaga medis sebagai garda terdepan mulai kewalahan. Dafi mendaftarkan diri menjadi relawan yang membantu tugas tenaga medis. Lana yang berprofesi sebagai dokter sangat senang dengan kebaikan hati Dafi. Mereka saling mendukung dan saling mengingatkan untuk berhati-hati terhadap virus ini.
Papa Dafi, satu-satunya orang yang mengetahui tentang rasa cinta Dafi pada Lana. Ia sangat setuju dan merestui jika Lana menjadi menantunya. Ia berusaha bagaimana menyatukan Dafi dan Lana. Ia memohon kepada mantan isterinya untuk tidak menghalangi cinta Dafi kepada Lana. Hati mama Dafi pun luluh. Ia merestui cinta Dafi kepada Lana. Ia juga ingin sekali Lana segera menjadi menantunya. Mama Dafi menelepon Lana untuk menyampaikan kabar bahagia ini. Lana dibuat takjub, ia bahagia cintanya terbalas dan mendapat restu dari mama Dafi. Permintaan maminya pun yang mengharuskan Lana segera menikah, akan terwujud. Lana akan menikah dengan laki-laki yang dicintainya.
Sehari setelah kabar bahagia itu disampaikan Dafi dan mamanya, Lana mendapat kabar duka. Dafi tak sadarkan diri, ia dirawat di rumah sakit. Dafi terpapar coronavirus. Kondisinya memburuk.
Hati Lana hancur. Laki-laki yang sangat dicintainya harus terbaring lemah di rumah sakit. Apa lagi ia tidak bisa mendampinginya. Kesedihan yang dirasakan Lana membuatnya terpuruk. Bersyukur ia mempunya papi dan mami yang sangat menyayanginya. Tak henti-hentinya dukungan diberikan mereka kepada sang putri.
Saat berada dipelukan sang mami, ponsel Lana berdering. Panggilan masuk dari papa Dafi. Halo om, Lanaaa. Begitu mendengar suara Lana, tangis papa Dafi pecah. Om kenapa menangis? Kamu yang sabar ya sayang. Kenapa om? Napas Lana tidak beraturan, bayangan wajah Dafi berlari-lari dipikirannya. Dafi sudah pergi meninggalkan kita semua nak. Tangis Lana pecah, iya berteriak memanggil nama Dafi. Dafiiiiii, kenapa kamu tinggalin aku sayang? Kamu janji mau melamar aku dengan membawa bunga. Dafiiiiiiiii
Lana berusaha tegar. Ia harus bisa menerima takdir ini walaupun sangat berat. Dafi sayang, selamat jalan. Maafkan aku tidak ada disisimu di saat-saat terakhirmu? Hanya doa yang bisa aku kirimkan, semoga Tuhan mengampuni semua kesalahanmu, memberikan tempat terindah untukmu. Semoga nanti kita berjumpa di surgaNya. Aku bahagia, walaupun kita tidak bersatu dalam ikatan pernikahan, setidaknya aku tahu kalau kamu juga mencintaiku. Cintaku terbalas Daf. Atas nama cinta, aku bangga. Aku mencintaimu Khadafi Alrasyid.