"Ra, kamu sudah bangun belum? Ayo turun, kita makan!" teriak Mamah dari dapur.
"Iya Mah, Ara sudah bangun, bentar lagi Ara turun kok," sahut Ara dari dalam kamar.
Setelah beberapa menit, akhirnya Ara turun menuju meja makan, menghampiri Mamahnya yang masih menata semua makanan di atas meja.
"Ra, kamu hari ini ada pengumuman, kan?" tanya Mamah memulai obrolan.
"Iya Mah, nanti sore pengumumannya, kenapa?"
"Kalau kamu keterima di universitas yang kamu inginkan, kamu bakal ninggalin Mamah sendiri dong, Ra?" tanya Mamah dengan muka yang sedih sambil menyuap makanannya ke dalam mulutnya.
"Mah, kan Ara waktu itu udah pernah bahas sama Mamah. Kalau Mamah mau, Mamah boleh kok ikut Ara, udah ya, pokonya Mamah engga boleh sedih," jawab Ara dengan senyum melebar sambil memegang tangan Mamahnya.
"Ya, Mamah enggak mau ikut juga, Ra. Kamu diterima di kampus yang kamu mau juga Mamah udah seneng ko, Mamah cuma engga mau jauh dari kamu, Ra."
"Mamah engga jauh dari Ara ko, Ara kan bisa pulang, lagi pula ya Mah, nenek kan di sini selama Ara engga di rumah, jadi Mamah engga sendirian deh."
"Iya, bener juga si. Oh ya, kamu engga beres-beres rumah Kak Atha? Udah siang begini, Ra," ujar Mamah mengingatkanku.
"Oh iya, Mamah bener!" ucap Ara sambil makan dengan terburu-buru.
"Pelan-pelan aja Ra, rumahnya, kan juga di samping, engga jauh," ledek Mamah.
***
Selesai makan, Ara langsung ngambil ember kosong dan lap. Setelah itu, Ara langsung pergi ke rumah Atha. Kebiasaan baru Ara setelah Atha pergi adalah, bangun pagi, demi bisa beresin rumah Atha. Ara akan sukarela membereskan rumah besar itu seorang diri.
Sesampainya di depan gerbang rumah Atha, Ara di kejutkan dengan pintu rumah Atha yang terbuka.
"Tunggu, kenapa pintu rumah Kak Atha kebuka?!" Ara langsung berlari, masuk ke dalam rumah Atha.
"Bentar-bentar, kalau misalnya itu maling gimana?! Ara harus bawa persiapan. Oh iya, kan Ara udah bawa ember. Eh, tapi, engga seru kalau ember doang, kita butuh yang ekstrim. Aha! Ara punya ide, kita butuh selang untuk misi ini," cerocos Ara, ngomong sendiri sambil sibuk berlarian mencari alat tempurnya.
Ara pun langsung mengambil selang panjang dan memasangkan langsung ke keran yang ada di dekat pintu masuk rumah Kak Atha. Ara berharap, selang panjang ini bisa membantunya menyiram orang yang berani masuk ke rumah Kak Atha. Setelah selang terpasang, Ara langsung masuk mencari orang itu, tidak lupa juga dengan membawa ember yang ia bawa dari rumah.
Buk buk!
Suara kaki berjalan, terdengar oleh Ara. Suara itu berasal dari atas, ya kamar mandi atas! Ara pun segera menarik selang itu untuk terus memanjang. Bayangin, sepanjang apaan tuh selang sampai bisa di bawa keatas juga sama Ara, padahal kerannya ada di depan deket pintu masuk.
"KYAAA! MALING MALING MALING!!!" Teriak Ara engga karuan, sambil terus menyirami orang yang di depannya dan langsung memasukan ember yang tadi ia pegang ke kepala orang itu.
Tapi sayangnya, takdir tak memihak padanya, Ara kena tonjok di bagian pipi dan yang Ara rasakan sekarang adalah, pipinya panas, kepalanya pusing, matanya kunang-kunang dan perlahan gelap.
*
Disisi lain, orang yang Ara siram pakai selang, juga sedang berusaha menyelamatkan diri dari selang mautnya Ara. Tangannya tidak bisa dikontrol dan berusaha memukul orang yang menyiraminya agar berhenti, tapi siapa sangka, dia justru mendapatkan ember yang terbang ke kepalanya. Sampai akhirnya, marah sudah tidak bisa di bendung lagi, orang itu berusaha menonjok Ara yang masih menyiraminya dengan kepala tertutup ember.
Brukh!