Athaara

Shafiyah
Chapter #2

02. Happy

"A—Apa?" teriak Ara dari dalam kamar mandi. Ia tidak percaya sama semuanya yang sudah terjadi, bahkan sekarang ini.


"Apa Ara enggak salah denger? Tadi Key bilang, Kak Atha ngajak makan malam bareng?" tanya Ara dalam hati.


"ARA!" teriak Key tiba-tiba dari luar kamar mandi.


"Apa, Key?"


"Cepat loh Ra di kamar mandinya! Kak Atha udah nunggu Ara di bawah, ini kesempatan emas, Ra!"


Ara hanya bisa terdiam mematung, dia sudah pusing sama semua yang sudah terjadi hari ini. Ara memang berharap bisa bertemu dengan Atha, tapi Ara belum siap kalau sekarang. Semuanya terlalu mendadak untuk Ara.


*


"Kak Atha,"


"Udah mandinya, Ra? Gue nunggu lumayan juga. Yakan, Key?"


"E—Eh iya Kak," jawab Key dengan bingung. Key amatlah tau apa yang sahabatnya rasakan sekarang, tapi di satu sisi, Key juga engga tau harus jawab apalagi selain iya, toh emang benar si Ara mandinya lama banget.


"Yaudah Ra, gpp. Oh ya Ra, gue mau makan seafood bakar yang di dekat gang kecil itu loh, masih ada gak ya, Ra?"


"Masih Kak,"


Dulu, itu adalah tempat favorit Ara dan Atha, seafood bakar di sana sudah menjadi langganan buat mereka. 


"Yuk Ra, gue dah laper banget nih, belum makan dari siang. Key, ikut yuk!" ucap Atha sambil mengajak Key.


"Ehm, eng—engga usah Kak," tolak Key.


"Loh, kenapa?"


"Key hmm ... ada urusan, ah telpon, yaps Key udah di telpon Mamah suruh pulang, Kakak berdua aja ama Ara ya ... Ra, gue cabut dulu ya ... hallo Mah, iya ini Key pulang kok, udah dulu ya Mah," celoteh Key dengan panjang lebar sambil berlari pelan menuju motornya yang di parkir diluar. Ara tau, temannya satu ini memang hanya berpura-pura ditelpon Mamahnya, karena buat Ara, sangatlah mustahil, seorang Key di cariin untuk pulang. Biasanya, Key enggak pulang berhari-hari aja juga Mamahnya biasa aja dan enggak nyariin.


"Huft, Key lu emang nyebelin," gerutu Ara dalam hati.


"Ya Allah, kenapa ini terjadi begitu cepat, ini semua sudah diluar ekspektasi, hamba belum siap, Ya Allah," Ara terus merutuki nasibnya, yang menurut ia itu adalah, sesuatu yang tidak harusnya terjadi. 


Setelah Key pergi keluar rumah, Atha pun juga langsung berjalan ke halaman untuk menyiapkan motornya.


Di belakang Atha, Ara juga terus berjalan mengikuti Atha dengan mata tertutup sambil terus berkomat kamit merutuki nasibnya.


Tiba-tiba ....


Brukh!


"Aduh," keluh Ara sambil mengelus kepalanya akibat terbentur tembok yang berada di depannya, karena ia terus berjalan merem.


"Ra, lu ngapain si? Itu tembok loh Ra, segede itu enggak liat?"


Ara cuma bisa senyum-senyum mesem di hadapan Kak Atha, buat Ara itu semua menyebalkan dan juga memalukan!


"Mamah!" Ara berteriak dalam hati, berharap Mamahnya sekarang hadir di sampingnya dan membantu di saat keadaan seperti ini.


"Sini, nih pakai helmnya," Atha memberikan helm ke Ara untuk dipakainya.


"I—iya,"


Ara memakai helm itu dengan keadaan bingung, Ara sendiri enggak pernah pakai helm, walau Ara suka naik motor. Soalnya kata Key, 'enggak usah pakai helm aja, Ra, lagi pula deket ko.'


Jadinya beginilah Ara, enggak pernah pakai helm dan enggak tau cara pasangin tali helmnya.


"Ra, udah belom?" 


"Udah, Kak," ucap Ara bohong sambil terburu-buru naik ke atas motor.


Atha langsung menengok kebelakang melihat Ara.


"Ra, pake helm itu yang bener!"


"Ak—aku enggak bisa, Kak,"


"Enggak bisa apa, Ra?"


"Ga bisa cara gituin talinya, Ara bingung,"


"Ra Ra, gue pikir lu udah berubah tapi masih aja ya sama, Ara manja!"


Ara cuma bisa mengkrucutkan bibir ke depan, sedangkan Atha mulai membenarkan helm Ara.


Plak!

Lihat selengkapnya