👑
AUTHOR POV
Athalla menggeram kesal saat tiba-tiba motornya mogok di tengah jalan.
"Kenapa? Kok tiba-tiba berhenti?" tanya Auristela.
"Bensinnya abis," jawab Athalla.
Athalla mendengus kesal saat Auristela mentertawakannya. "Ganteng-ganteng kere," ejek Auristela.
"Bacot lo," kesal Athalla.
Athalla menengok ke belakang lalu ia mendapati orang-orang yang mengikutinya sudah dekat. "Turun," perintah Athalla.
Tanpa mengatakan apapun Auristela langsung menuruti ucapan Athalla. Athalla menepikan motornya di pinggir jalan lalu ia menarik tangan Auristela untuk berlari.
"Ekh, apaan sih kok malah lari-larian gini," ucap Auristela. Auristela melirik tangannya yang digenggam erat oleh Athalla.
"Diem!" Athalla memasuki gang sempit yang tidak bisa dilalui motor. Athalla terus berlari sambil menggenggam tangan Auristela.
"Kan yang punya masalah sama mereka itu lo, kenapa gue juga ikut lari sih?! Cape tau," keluh Auristela.
"Woy, Athalla! Berhenti lo!" teriak seseorang dari arah belakang.
Auristela menengok ke arah belakang. Orang-orang yang tadi mengikutinya kini mengejarnya. "Lo ada masalah apa sih sama mereka?" tanya Auristela penasaran.
"Gue mukulin salah satu temen mereka," jawab Athalla.
Athalla melirik Auristela sinis. "Kemampuan lari lo cuma segini?! Cih, payah!" ejek Athalla.
Auristela mendengus kesal. "Berani ya lo ngejek gue. Oke, gue bakal keluarin kemampuan lari gue yang sesungguhnya," Auristela meningkatkan kecepatan larinya, kini ia berada di depan Athalla.
Tangan mereka masih menggenggam satu sama lain. Kecepatan lari Auristela semakin menurun, ia memang tidak berbakat berlari, ia merasa lelah. "Ca-pe bang-et gue," ucap Auristela ngos-ngosan.