Athena

G A
Chapter #1

#1

Suara keremunan orang, setidaknya ada 150 orang sedang berbincang di ballroom rumahnya. Orang-orang bermuka dua yang membicarakan politik, korupsi, dan napsu duniawi saja. Orang-orang yang merasa berada di atas dunia karena menyandang status dan kekayaan.

Airi menghela nafas berat dan membuka matanya. Airi memandangi pohon beringin besar di hadapannya, kemudian menyentuh permukaan kayu yang terasa hangat di kulitnya. Padahal malam ini lebih dingin dari biasanya, tapi pohon ini hangat layaknya makhluk hidup berdarah. Angin kencang berhembus kembali seperti mengumumkan bahwa badai akan datang. Dirinya tidak membenci orang-orang itu secara khusus, tapi bagaimana orang-orang itu sibuk bergosip, bergunjing atau menjatuhkan orang lain demi keuntungan sendiri.

“Non, ayo masuk non. Udah ditunggu Ayah Ibu,” kata Mbok Sri berada cukup jauh dibelakang Airi dengan logat jawa yang cukup kental. Mbok Sri adalah wanita berumur 50 tahun yang selalu merawat Airi dari kecil, dan sudah dianggapnya seperti nenek sendiri. Bahkan wanita itu setia menemani Airi bahkan rela ikut terkena angin dingin di taman pada malam hari.

“Mbok, kenapa Ayah Ibu harus bikin acara kayak gini sih mbok?” tanya Airi cemberut sambil berhati-hati berjalan menghampiri Mbok Sri. Memakai sepatu heels setinggi 7cm membuatnya jauh lebih sulit berjalan di antara bebatuan ini. Iapun berpikir kenapa tadi ia memaksa harus melihat pohon ini sebelum ke hall acara? Entahlah.

Mbok berjalan pelan disebelah nona kecilnya sambil tersenyum, menyiratkan untuk tidak terburu-buru dan menikmati momen ini -hal yang berulang-ulang kali mbok ucapkan. “Non, mbok Sri bahagiaaaa banget bisa menjaga Non Airi selama 17 tahun. Ayah dan Ibu juga. Kita tahu non tidak mau ada acara ulang tahun megah, karena itu Ayah Ibu mengundang tamu dengan alasan ulang tahun pernikahan.”

Airi terdiam, ia merasa terharu dan sebal dengan jawaban ter-script itu diulang berkali-kali. Ia tahu dirinya disayangi dan mereka ingin merayakan ulang tahun tapi selalu Airi tolak. Tapi yang ia tidak mengerti, kenapa tahun ini orangtuanya memaksa? Kenapa mengundang terlalu banyak orang? Kenapa harus bersusah payah menyiapkan keamanan super ketat untuk acara ini? Atau kah acara ini untuk politik semata? Atau dirinya yang terlalu overthinking?

Airi mengambil lengan Mbok dan memeluknya, “aku tahu mbok.. terima kasih sudah merawatku selama ini.” Entah apa yang Mbok Sri miliki, tapi wanita itu selalu memberikan efek rasa nyaman dan tenang. Ia berharap kali ini, memeluk Mbok Sri memberikan efek yang sama, tapi dari lubuk hatinya ia tidak bisa menepis perasaan gundah.

Mbok Sri berhenti tepat saat mereka masuk ke rumah, Ia memadang dan memegang pipi Airi dengan sebelah tangan. “Sekarang Non Airi sudah dewasa. Sudah berumur 17 tahun. Non bisa memilih jalan hidup non sendiri. Mbok Sri cuman bisa berdoa gusti allah selalu menjaga Non.”

***

Ballroom pesta yang di dekorasi sedemikian rupa terlihat mewah dan menawan. Dengan bunga disetiap meja, musik mengalun indah, dan cahaya yang terpancar indah. Dugaannya benar, paling tidak ada lebih dari 200 tamu hadir di acara malam ini, ditambah pelayan catering berserta puluhan petugas keamanan.

Melewati banyak meja makan bundar dan tamu-tamu yang menyapa, Airi melihat sekitar mencari sosok orangtuanya. Ayahnya seorang jendral angkatan militer yang bertubuh tegap dan berwibawa, memakai batik berlengan panjang dan di sebelahnya hadir seorang wanita cantik berumur 40an, dengan konde dan kebaya rancangan designer mahal, Ibunya terlihat anggun dan bijaksana. Kedua orang itu sebetulnya tidak susah dicari, karena dimana ada banyak kerumunan, di situlah orangtuanya berada.

Mungkin insting sebagai orangtua, karena walaupun banyak orang, pasangan itu menyadari kehadiran anak gadisnya. Mereka melambaikan tangan, mengajak Airi untuk mendekat.

Lihat selengkapnya