Perasaan gundahnya betul-betul terjawab dengan kejadian aneh di acara ulang tahun. Airi duduk memeluk kedua kakinya lalu menyesapi teh hangat kesukaannya di balkon kamar. Ia tetap tidak bisa tenang, jantungnya terus berdegup cepat. Ia ketakutan.
Setelah sampai di kamar, ia segera mandi air hangat dan berganti gaun tidur. Airi memegang cangkir teh, berharap kehangatan dan aroma teh dapat menenangkan pikirannya. Apakah hanya dirinya sendiri yang terlalu was-was? Apakah memang betul karena fenomena alam? Lalu suara tadi?
Ponsel di meja kopi berdering, melihat nama tertera di layar ponsel sekilas dan langsung mengangkat panggilan telepon itu, “Halo?”
“Airi, apa yang terjadi tadi? Kamu tidak apa-apa?” balas suara perempuan di ujung sana.
Ia tersenyum tipis mendengar kekhawatiran sahabatnya di sekolah, Mia. Berbeda dengan Airi, Mia lebih sarkastik, percaya diri, tipikal Capricorn. “Aku tidak apa-apa. Tapi, bagaimana kamu bisa tahu?”
“Hei.. ini jaman sosial media. Banyak teman kita yang update. Dan mengingatkanku, kalau aku tidak bisa datang,” balas Mia cepat. Sahabatnya ini tiba-tiba harus keluar kota dan tidak bisa hadir di acara hari ini. Alhasil, teman yang datang hanyalah teman formalitas saja, teman yang suka membicarakan Airi dari belakang.
“Iya.. besok bisa bertemu?”
“Tidak bisa.. maaf, nanti ku kabari kapan bisa bertemu. Bagaimana kejadiannya tadi?”
“Jadi... saat aku meniup lilin, lampu langsung mati, dan ternyata seluruh listrik padam, termasuk lampu diluar. Terus angin hujan kayak mukul kaca jendela dan pecah...” Airi menelan ludah, bimbang sejenak lalu mengatakan apa yang ia rasakan tadi, “Tapi... anehnya... ada suara binatang menggeram ditelingaku. Aku langsung terpaku dan tubuhku dingin. Tiba-tiba jendela disebelahku pecah dan terbuka paksa, lalu ada suara laki-laki memerintahku untuk ‘menunduk.’ Aku langsung merespon, dan suara geraman bintang dan laki-laki itu menghilang. Beberapa lama kemudian, lampu menyala dan orangtuaku terluka karena pecahan kaca” tutur Airi, berusaha bernada tenang walau bulu kuduknya kembali merinding mengingat kejadian itu. Apakah semua itu hanya imajinasinya?
Mia terdiam saja dibalik telepon. Tidak mengucapakan sepatah katapun. Airi melihat ponsel, apakah sambungan telepon terputus? Tidak... sambungan sangat kuat bahkan.. “Mia?”