ATLAS

Ravistara
Chapter #3

Ahli Mencuri

Anggun lupa pada mimpinya tadi malam. Semua gara-gara bunyi alarm yang disetel lebih cepat satu hari.

Besok, hari bersejarah ke-132 negeri Indonesia dan minggu ini adalah puncak persiapan perayaan yang berpusat di Ibu Kota. Aroma kemeriahan telah semarak di tiap sudut Sepaku sejak berpekan-pekan lalu. Namun, bukan rahasia lagi jika ada tugas berat menanti di baliknya.

Sebagai duta Pertiwi, abdi lingkungan hidup di tingkat sekolah, Anggun sudah mengantongi sederet daftar ‘tenaga bantu’ di beberapa tempat. Tahun ini, ia beserta anggota lain bahkan diterjunkan langsung dalam program penangkaran terumbu karang di pesisir Pantai Nusantara. Spot wisata bahari itu terpilih menjadi latar upacara pengibaran bendera bawah laut tahun ini, setelah bersaing ketat dengan Samber Gelap dari provinsi tetangga-tahun lalu, kehormatan itu dipegang oleh Jakarta yang kini beralih fungsi sebagai teluk konservasi.

Tugas itu bisa dikatakan sederhana-mengikat karang-karang sehat siap tanam pada rangka-andai bukan dikerjakan di bawah air atau tidak ada sangkut pautnya dengan terik matahari tropis yang amat tidak bersahabat.

Secara harfiah, Anggun direbus hidup-hidup. Ia terkuras lahir dan batin. Kadang, Anggun bertanya tanpa harapan, apa gunanya mengembalikan karang sehat ke lautan yang sekarat hanya untuk membunuh hewan itu lagi dan lagi?

Gadis berwajah kuyu dengan kulit kemerahan terbakar itu kini sedang duduk berpangku tangan pada meja makan. Kelopak matanya nyaris jatuh didera kantuk. Ia memandang sambil lalu pada tayangan acara televisi di dinding seberang. Sesekali anak rambut ikal bermain di depan dahinya akibat semilir angin yang lolos lewat jendela dengan kerai tanpa kaca.

Selamat datang di rumah Anggun Arunika, hanya salah satu dari rumah yang beradaptasi di masa depan. Sinar mentari dari arah timur menerobos masuk lewat ventilasi berpola ornamen sulur sehingga menghasilkan pola-pola klasik di lantai dan dinding. Sebagian besar sinar bahkan leluasa masuk melalui dua daun jendela yang terbuka lebar. Ini hanya salah satu titik di rumah bergaya tradisional, agak menyimpang dari rumah lain dengan rancang bangun minimalis kotak-kotak.

Karena terbuat dari serat karbon, rumah mereka tampak hitam dan sedikit berkilap. Namun, perancangnya memasang banyak atap dari polikarbonat transparan hingga mengenyahkan kesan suram. Sisanya, beberapa area privasi tetap dibuat tertutup.

Tak ada yang perlu dicemaskan. Di zaman ini, kejahatan seperti penjarahan rumah tidak lagi menjadi suatu masalah. Mereka menghadapi hal-hal yang berbeda sekarang.

Astaga, jelek sekali hewan itu. Sebuah siaran ulang dokumenter legendaris di channel sejuta umat berhasil memancing perhatian Angun sekilas. Kemudian, sepasang mata kecil miliknya kembali meredup. Kehidupan rahasia seekor wolverine yang ahli mencuri terdengar membosankan bagi Anggun. Terima kasih, ia bukan penggemar Kingdom of Animalia. Urusan konservasi dan pemanasan global lebih banyak mencuri waktunya.

"Lihat rembulanku yang cantik ini ...."

Kecup. 

Itu adalah perbuatan sang Ayah. Anggun meringis.

Lihat selengkapnya