" jeon memang biasa seperti itu, jadi tolong dimengerti" ucap chrysan pada yang lainnya. Youngboun dengan cepat mengangguk karena dia paham betul jeon seperti apa, dari mereka berempat youngboun lah yang paling dekat dengan jeon.
" Tapi, sepertinya Clarissa mengembalikan emosi manusianya lebih cepat, setelah tiga tahun ia berperilaku seperti robot cukup sulit untuknya mengembalikan dirinya menjadi manusia biasa lagi, terlebih sekarang ia belum melepas beberapa perangkat yg menempel ditubuhnya" jelas chrysan
" Itu berarti bagus, karena jeon sudah bisa merasakan emosinya kembali" balas Lucas
" Tapi, dengan kembalinya emosinya ia akan sulit mengontrol emosi dan kendali dirinya dan berdampak buruk bagi orang sekitarnya. Ia adalah sosok yang dingin" lanjut chrysan
Mereka pun mulai mendiskusikan apa yang akan mereka lakukan sebelum jadwal penjemputan datang, sementara jeon masih mengurung diri di kamarnya. Ia masih bingung dengan dirinya yang selalu disertai rasa kesal saat bertemu Clarissa, ' apa hanya karena ia tahu banyak tentang diriku, aku jadi kesal dengannya?' tanyanya dalam hati namun, ia tetap saja tidak bisa menemukan jawaban mengapa ia bisa merasa sekesal itu pada Clarissa. Tak lama ia mendengar suara dari kamar tamu.
" Ayo hajar terus, hajar!"
Ia tahu suara siapa itu, dan saat ia membuka pintu ia mendapati Bimo tengah bermain game dikamar tamu.
" Bim, jangan katakan sedari tadi kau hanya bermain game" kata jeon
" Tentu, sungguh game ini seru sekali!" Balas Bimo
" Damn it! Kau hanya bermain game sembetara kami dibawah tengah membahas cara menyelamatkan nyawa kami?! Hentikan" emosi jeon mulai meluap lagi
" Oh, ayolah jeon! Game ini seru sekali"
" Hentikan Bimo "
" Sebentar lagi saja"
Jeon menitak kepalanya " kubilang hentikan ya hentikan!" Omel jeon
" Au! Sakit, jitakan mu itu seakan menunjukan bahwa tanganmu terbuat dari baja tau!" Balas Bimo meringis kesakitan mengusap kepalanya
" Kau ini dibilangin susah sekali, turun dengar kan chrysan menjelaskan! " Perintah jeon, Bimo hanya menurut tanpa melontarkan sepatah katapun.
Sementara dibawah Clarissa mendengar semua penjelasan tentang semua rencana yang akan mereka jelaskan, jika ia ingin jujur sebenarnya ia tidak terlalu mengerti dengan rencana mereka. Ia hanya bisa mengangguk dan menggeleng padahal sama sekali ia tidak menangkap inti dari pembahasan itu sendiri. Ia memang mahasiswi dengan nilai IPK tertinggi tapi itu semua adalah hasil dari pembelajarannya sendiri bukan karena ia mendengarkan dosen, ia lebih suka mempelajari sesuatu sendiri daripada mendengarkan penjelasan orang lain.
"Chrysan, memangnya kapan penjemputan ya?" Tanya Clarissa