Seorang gadis cantik dengan rambut yang diikat ekor kuda, dan juga seragam SMA yang melekat di tubuhnya, sedang berjalan menyusuri lorong sekolah sambil sesekali mengusap pelipisnya yang basah oleh keringat. Entah kenapa hari ini cuaca begitu terasa lebih panas daripada biasanya. Bahkan seragam yang dikenakannya pun terasa sangat lengket sekarang di tubuhnya.
El Sea Titania, berangkat dari rumahnya menuju ke sekolah menggunakan transportasi bus. Dirinya harus berdesak-desakan di dalam bus dengan beberapa orang yang juga menggunakan transportasi umum tersebut.
Bisa dibayangkan bagaimana lelahnya Sea saat harus melakukan aktifitas itu setiap harinya. Dirinya tidak mempunyai kendaraan pribadi, sepeda kayuh pun juga tidak dimilikinya. Terlebih lagi jarak antara rumah Sea dan sekolah cukup jauh. Ingin menggunakan jasa ojek online pun, Sea masih harus berfikir berkali-kali. Ongkos yang dikeluarkan bisa merogoh kocek cukup dalam itu pun menjadi salah satu pertimbangannya. Sedangkan Sea sendiri, harus sangat berhemat untuk biaya kehidupannya dan keluarganya.
“Sea!!!”
Seruan seseorang di belakang punggung Sea berhasil menghentikan kakinya yang tinggal beberapa langkah lagi sudah mencapai kelasnya. Gadis itu membalikkan tubuhnya. Dilihatnya dari kejauhan. Mata Sea sontak terbelalak kaget melihat siapa yang baru saja memanggil namanya.
Disana, tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Seorang laki-laki sedang berjalan menuju kearahnya dengan senyuman lebar yang tersungging di bibirnya. Sang mantan ketua Osis. Parasnya yang tampan mampu menjadikan dirinya sebagai primadona sekolah . Bahkan bisa dilihat saat ini, banyak sekali pasang mata, terutama para perempuan yang memandang kagum kearahnya. Tubuh tingginya yang bisa diperkirakan Sea sekitar 179 cm, dengan postur badan yang tegap, semakin membuat laki-laki itu berada dalam jajaran most wanted sekolah bersama beberapa siswa laki-laki lainnya. Terlebih lagi dengan segudang prestasi yang diraihnya, baik akademik maupun non akademik. Semakin membuat laki-laki itu berada di puncak hierarki tertinggi.
Kale Andromeda Wijaya.
“Hai Sea.” sapa Kale sekali lagi saat dirinya sudah berada di hadapan Sea.
Sea mengerjabkan matanya berkali-kali, mencoba untuk kembali menyadarkan dirinya sendiri. “Ohh. Hai An.” balas Sea.
“Baru datang Sea?”
Sea hanya menganggukkan kepalanya singkat. Kini gadis itu menatap sekeliling. Hampir semua siswa yang berada dalam jarak radius lumayan dekat dengan dirinya memandang Sea dengan tatapan intens. Tepatnya menatap kearahnya yang sekarang sedang berdiri dengan salah satu laki-laki populer di sekolahnya.
Sea mendengus kasar, dirinya sama sekali tidak suka menjadi pusat perhatian seperti sekarang. Apalagi sebentar lagi dirinya pasti yakin, akan timbul banyak gosip dan omongan- omongan dari banyak siswa tentang dirinya dan laki-laki di hadapannya ini.
“Ada apa An?” tanya Sea tanpa basa-basi. Dirinya ingin segera menuju kelasnya dan merebahkan punggungnya disandaran kursi. Sungguh, rasa lelah begitu mendominasi tubuhnya saat ini.
Kale menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, terlihat sedikit salah tingkah. “Cuma mau sekalian aja bareng ke kelas.”
Sea mengerutkan keningnya, merasa sangat tidak puas dengan jawaban yang diberikan Kale. Apa maksudnya dengan ingin jalan bersama sampai ke kelas? Padahal keduanya berada di kelas XII yang berbeda.
“Maksudnya, aku mau sekalian ke kelas kamu. Ketemu sama Panji.” jelas Kale saat melihat Sea yang begitu kebingungan dengan jawaban Kale sebelumnya.
“Ohh.” Sea menganggukkan kepalanya tanda mengerti. “Ya udah ayo.”
Sea dan Kale berjalan berdampingan, sesekali mereka mengobrolkan beberapa hal kecil tentang pelajaran. Keduanya sama-sama memiliki otak yang encer. Jadi tidak diragukan lagi, mereka akan cepat nyambung jika bertukar pikiran tentang pelajaran.
***
Selang beberapa menit, keduanya tiba di ruang kelas dengan papan kayu di atas daun pintu yang bertuliskan XII IPA 1. Sea segera menuju bangkunya, sedangkan Kale berjalan menghampiri bangku salah satu sahabatnya.